JOMBANG, KabarJombang.com – Akses jalan utama di pintu masuk menuju Situs Petirtaan Sumberbeji yang terletak di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, diblokir oleh pemilik tanah dengan menggunakan bambu pada Jumat, (8/11/2024).
Pemblokiran ini telah menyebabkan aktivitas wisata di situs sejarah tersebut menjadi sepi dan berdampak pada sejumlah pedagang yang menggantungkan mata pencaharian di sekitar situs.
Sejak dua pekan lalu, kendaraan roda dua dan roda empat tidak dapat melewati akses jalan masuk utama yang mengarah ke situs Cagar Budaya Nasional tersebut. Sebanyak 8 warung yang sebelumnya bergantung pada pengunjung mengeluhkan penurunan drastis pendapatan karena sepinya kunjungan wisata.
Salah satu pedagang, bernama Umu Rokhoyah, mengungkapkan kesulitan yang dihadapi sejak jalan menuju situs ditutup. “Sudah hampir dua minggu kami tidak mendapatkan pemasukan,” keluh Umu.
Ia berharap pemerintah dapat segera menengahi sengketa antara pemilik lahan dan pihak terkait agar akses ke situs dapat dibuka kembali. “Kami ingin portal segera dibuka, agar pengunjung kembali datang dan warung-warung kami bisa ramai lagi,” tambahnya.
Selain itu, kondisi situs juga memprihatinkan. Kolam pemandian yang ada di situs tampak kosong, sementara candi dan struktur lainnya terendam air dan dipenuhi lumut.
Sementara itu, Imaduddin Fitri selaku pemilik tanah dari akses jalan menuju ke situs budaya dan wisata petirtaan Sumber Beji mengaku memang sengaja memalang akses jalan tersebut.
Lantaran pihaknya mengaku merasa kecewa dan dirugikan karena tidak pernah mendapat kompensasi dari hasil pengelolaan wisata dan penyewaan toko yang ada di tempat tersebut yang dikelola oleh paguyuban.
Akan tetapi ia sudah pernah menyampaikan misalkan toko tersebut digratiskan tanpa adanya biaya sewa ia juga secara sukarela akan tidak mempermasalahkan terkait bagi hasil dari lahannya yang digunakan jalan akses masuk ke tempat tersebut.
“Kalau memang tujuanya adalah untuk kemaslahatan, ya silahkan para penghuni toko tidak usah ditarik i biaya sewa, saya juga secara rela akan membuka dan tidak mempersoalkan,” ujarnya.
“Tapi kalau masih di mintai tarif sewa sebesar Rp 15 ribu ya saya juga punya hak kan untuk minta bagian, dong sebesar Rp 3 ribu. Karena selama ini pihak paguyuban saja yang mendapatkan keuntungan, lha kami yang punya lahan untuk akses masuk ke situs tersebut tidak kebagian apa-apa,” tambahnya.
Penutupan akses masuk ini ia lakukan sebagai langkah protes saya kepada pihak paguyuban selaku pengelola wisata dan toko-toko yang ada di dalam. Karena selama ini pihaknya mencoba untuk mengkomunikasikan terkait hal tersebut kepada pihak paguyuban akan tetapi belum juga ada respon.
“Saya sudah memberikan solusi, akan tetapi pihak sana belum juga ada jawaban, selama belum ada jawaban dari solusi yang saya tawarkan, ya saya tidak akan buka akses jalan tersebut,” jelasnya.
“Langkah ini saya ambil juga sebelumnya sudah kami diskusikan kepada para keluarga dan saya sudah pelajari terkait aturanya. Terkait dampak sepinya para pedagang yang ada di dalam wisata tersebut ya jangan salahkan saya, kan sudah saya kasih solusi kepada pengelola dalam hal ini pihak paguyuban, selama pihak sana belum ada jawaban ya saya tidak akan buka,” terangnya.
Sementara itu, KabarJombang.com sudah berupaya untuk menemui ketua paguyuban yang mengelola situs petirtaan Sumberbeji, yang menurut warga bernama Gus Aan, di kediaman akan tetapi saat didatangi yang bersangkutan sedang tidak berada di rumah.
Anom Antoro, Pamong Budaya Ahli Muda dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, mengakui belum menerima laporan resmi dari tim juru pelihara situs mengenai masalah ini. Namun, ia memastikan akan segera mengambil tindakan jika laporan resmi sudah diterima.
“Kami memiliki dua juru pelihara di sana, namun hingga saat ini belum ada laporan resmi yang masuk. Jika nanti sudah ada laporan, kami pasti akan menindaklanjutinya,” pungkasnya.