Demi Bantu Suami, Seorang Wanita di Jombang Rela Menjadi Juru Parkir

Juru parkir wanita di Jombang, Diah. Saat ditemui di Jalan RE Martadinata, Kepatihan, Jombang. (Anggraiani).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com- Juru parkir pekerjaan tak semua orang memandangnya sebagai pekerjaan rendah. Karena juru parkir justru mengundang banyak resiko dan tantangan tersendiri.

Di Jombang sendiri, hampir tak pernah ditemui seorang juru parkir wanita. Pasalnya, umumnya pekerjaan ini dilakoni kaum pria. Namun, hal ini tak menjadi masalah bagi seorang ibu rumah tangga bernama Diah.

Baca Juga

Diah adalah salah satu warga Jombang yang rela menantang diri selama tiga tahun berjalan ini untuk berkecimpung di dunia perparkiran. Setiap harianya, ia menjadi juru parkir di area rumah makan geprek ternama di Jalan RE Martadinata, Kepatihan, Jombang.

Alasannya melakoni menjadi juru parkir ini karena penghasilan suaminya yang pas-pasan. Sehingga, ia merasa tertantang dan terpaksa mencari pundi-pundi rupiah menjadi juru parkir. Demi membantu suaminya dan mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

Dikatakan, dia menjadi tukang parkir ini sudah tiga tahunan. Awalnya diminta suami menjadi tukang parkir tidak mau.

“Karena awalnya yang menjadi tukang parkir disini itu kan suami saya. Berhubung suami saya sering berjualan buah. Jadi, saya merasa tertantang untuk menjaga parkir disini dan akhirnya menggantikan suami saya, sampai sekarang,” kata Diah saat ditemui KabarJombang.com, Sabtu (27/3/2021).

Keikhlasnya bekerja menjadi juru parkir ini tidak serta merta lancer. Menurutnya ada beberapa kendala yang sempat ia hadapi terutama dari orang-orang yang sedang parkir. Yang terkadang jasanya tak dibalas atau tak diberi upah dari menjaga kendaraannya hingga menyebrangkan ke jalan.

Saat KabarJombang.com menemui Diah, wanita ini berjilbab panjang, sandal jepit, dan kaos serta celana sederhananya. Diah nampak semangat mengatur kendaraan yang kurang rapi.

Kemudian lampu senter parkir berwarna oranye sebagai senjatanya untuk menyebrangkan pengendara. Yang sesekali ia tiupkan peluit sebagai isyarat pengendara lain untuk hati-hati.

“Menjadi tukang parkir kan memang tugasnya menjaga keamanan tempat parkir yang ada disini. Jangan sampai apa yang sedang kita jaga ada hal-hal lain diluar prediksi, ya seperti kayak jaga anak sendiri lah,” ungkapnya.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai juru parkir, wanita berusia 36 tahun ini juga membawa lima anaknya ke lokasi parkiran agar bisa memantau dan tidak membiarkan anaknya sendiri di rumah.

Tiga tahun berprofesi sebagai juru parkir, tak ada hari libur buat Diah dan keluarganya. Waktunya setiap hari hanya digunakannya untuk bekerja dari mulai sekitar pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Sehingga total waktu yang dihabiskan di luar rumah sekitar 12 jam.

“Setiap hari saya menjadi tukang parkir di sini, tidak ada hari libur. Mangkanya kalau dibuat capek ya capek, suntuk ya suntuk. Tapi mau gimana lagi resiko orang bekerja sambil merawat anak,” ujarnya

Tidak berbeda dengan juru parkir lainnya, ia mondar mandir hanya mengambil uang dari balas jasanya tersebut sebesar Rp 2 ribu per kendaraan beroda dua. Raut wajahnya yang lesuh sesekali terlihat di parasnya.

“Maksimal pendapatan tiap hari saya sekitar Rp 60 ribu itu sudah mentok dan saya juga pernah sehari itu hanya dapat Rp 20 ribu,” katanya.

Sorotan matahari dan debu seolah sudah menjadi kawan hidupnya. Dan seakan sebagai tanda bahwa banyak suka dan duka yang harus ia hadapi di lapangan menjadi juru parkir. Namun, karena pemberian semangat dari anak dan suaminya, ia terus semangat dan bekerja keras.

 

 

 

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait