Kilatan sinar merah yang datang dari sebuah mobil malam itu, menjadi ujung penantian panjang ratusan orang yang sejak sore menanti. Termasuk Cak Besut sendiri. Meski ia tahu, kematian itu sebuah keniscayaan, namun kabar meninggalnya istri mantan Adipati Njomplang tetap membuat kaget. Dalam Al Quran, QS. Al-Anbiya’ : 35 telah tertulis, Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.
Namun bagi Cak Besut, kabar kematian sosok perempuan yang setia mendampingi baik dalam biduk rumah tangga hingga karir politik sang mantan Adipati ini tetap membuat tersentak sebagian besar warga. Perempuan yang akrab dipanggil Bunda ini menjadi korban pagebluk yang melanda negeri. Meski tak lagi menjabat Adipati, kendati dihantui kengerian pandemi, sama sekali tak mengurangi rasa empati. Ratusan pelayat tampak setia mengantar hingga ke peraduan abadi.
Dibawah temaram lampu kompleks makam keluarga sang mantan Adipati, Cak Besut duduk termenung. Pandemi ini benar-benar memporak porandakan berbagai sendi kehidupan. Malaikat maut seakan berpesta pora. Angka kematian para korban covid19 yang terus bermetamorfosa kian melejit.
Petinggi negeri terus sibuk menggunakan banyak istilah demi menghindari karantina kesehatan. Mereka sadar, apabila negeri diterapkan system lockdown, maka baik si kaya, setengah kaya, miskin hingga setengah miskin harus tetap tinggal dirumah. Seluruh kebutuhan hidup ditanggung negara. Sudah mampukah itu terlaksana, sementara disatu sisi utang negara kian membengkak.
Lagi-lagi Cak Besut hanya mampu menghela nafas panjang. Otaknya sudah buntu untuk sekedar mencari solusi. Telinganya tak lagi mampu mendengar nyanyian sumbang warga yang lapar akibat terlalu nyaring dan menyebar seantero nusantara. Entahlah, yang pasti pandemi yang terjadi hari ini, tidak lepas dari takdir Illahi. Wabah ini juga pernah terjadi di zaman Nabi. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, bagi orang yang menyikapi wabah yang datang dengan baik, maka akan mendapatkan mati syahid.
Mati syahid termasuk peringkat kematian yang sangat tinggi. Karena sangat tinggi, maka tidak gampang untuk memperolehnya. Syahid didapat setelah melakukan upaya pencegahan, bukan meremehkannya. Orang yang kena wabah karena kecerobohannya tak bisa mendapat derajad kematian syahid. Pada pagebluk ini, orang terpapar Covid-19, setelah berusaha menghindar sebaik-baiknya, atau karena tugas dia menolong proses penyembuhan orang yang terkena Covid-19, lalu orang itu meninggal, maka dia meninggal dalam keadaan syahid. Status syahid bukan pada orang-orang yang meremehkan wabah, ketika terpapar dan mati, akan tetapi kekonyolan namanya.
Virus menurut ilmu tidak akan pernah hilang dari muka bumi. Namun dengan tidak adanya laporan infeksi, bukan berarti virus itu musnah. Melainkan kesehatan manusia semakin baik menghadapi virus tersebut. Berbagai upaya dilakukan petinggi untuk menciptakan herd immunity, salah satunya dengan pemberian vaksin. Namun di negeri Cak Besut, jangankan kedatangan awal pagebluk yang seharusnya bisa segera dilawan, justru bullyan yang datang. Kini ketika perjuangan melawan wabah dengan pemberian vaksin berlangsung, sebagian masih melakukan penentangan. Ketakutan akan kelaparan menjadi faktor utama warga meremehkan pagebluk ini. Istilah apapun digunakan untuk menghindari karantina kesehatan, tak mampu menjadi solusi tepat bagi para pejuang receh yang menjadikan jalanan sebagai nafas mereka.
Mereka bukan pongah dalam beragama, bukan perkara tak taat pemerintah, bukan pula tak sayang nyawa. Namun bagi sekelompok kaum papah. Mereka adalah garda terdepan keluarga. Hilang satu nyawa demi menyelamatkan nyawa keluarga, bagi mereka adalah jihad yang sebenarnya. Anggapan merekalah pahlawan bagi keluarga terus berkibar. Saat mereka tak keluar rumah, kala itu pula kompor dapur tak menyala. Bergerak atau Tumbang menjadi semboyan mereka. Namun malaikat maut tak pandang siapa. Seluruh daftar antrian kematian sudah tertera.
Laa ilaaha illallah….Laa ilaaha illallah….Laa ilaaha illallah…muhammadur rosulullah sayup terdengar. Peti kayu itu telah masuk ke liang lahat. Cak Besut pun berdiri, ia mulai meninggalkan lokasi pemakaman. Selamat jalan bu mantan Adipati, selamat jalan seluruh syuhada korban virus yang mewabah. Selamat berjuang para pejuang receh yang masih tersisa, kita akan terus berperang melawan pandemi ini hingga malaikat memanggil. Hanya senyum manja keluarga yang menanti sebungkus nasi menjadi jimat penangkal wabah. Tetap utamakan kesehatan agar bisa bertahan hingga takbir kemenangan berkumandang.
Jare Cak Besut
Iwak sepat akeh nang sawah
Mari digoreng malah dibuak nang tong sampah
Corona e seng wes dadi Delta sak iki malah merajelela
Ayoo dulur lek gak penting, dirumah aja
*Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.