Pasar Legi dalam Pergulatan Digitalisasi: Akankah Bertahan?

  • Whatsapp

Oleh : Silfiana Rahma Salsabilah
Prodi Ilmu Sejarah
Universitas Airlangga

Pasar Citra Niaga Jombang atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Legi Jombang merupakan pasar tradisional yang menjadi nadi perekonomian masyarakat setempat. Pasar tradisional ini menawarkan beragan pilihan barang dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya peralatan sekolah, bahan makanan, pakaian, hingga bahan bangunan.

Baca Juga

Di era digitalisasi ini, Pasar Legi Jombang menghadapi permasalahan yang cukup kompleks. Kehadiran e-commerce dengan layanan belanja online yang lebih mudah dan efisien tentu berimbas pada daya tarik pembeli di pasar. Pasar Legi Jombang bukan hanya menjadi tempat transaksi jual beli saja, namun juga menjadi ruang interaksi sosial dan budaya yang mempertemukan berbagai lapisan masyarakat. Derasnya arus modernisasi tidak dapat dielakkan, Pasar Legi sebagai pasar tradisional apakah bisa tetap bertahan tanpa kehilangan identitas uniknya?

Adanya digitalisasi memberikan peluang sekaligus ancaman bagi pedagang yang ada di Pasar Legi Jombang. Kendala terbesar bagi para pedagang yaitu keterbatasan literasi digital serta terbatasnya akses internet. Sedangkan konsumen khususnya generasi muda, semakin terbiasa dengan efisiensi belanja online. Perbedaan harga yang cukup kompetitif juga menjadi daya tarik terserah bagi konsumen untuk lebih memilih berbelanja online.

Hingga saat ini, Pasar Legi Jombang terus berupaya dalam mempertahankan daya tariknya. Pedagang di pasar ini secara mandiri mengandalkan cara-cara konvensional dalam memasarkan produk mereka, seperti halnya menjalin hubungan baik dengan pembeli serta menawarkan produk berkualitas dengan harga yang cukup kompetitif.

Cara-cara ini menjadi salah satu strategi utama para pedagang dalam menjaga keberlanjutan pasar di tengah derasnya perkembangan e-commerce. Pemerintah daerah memilih fokus pada peningkatan infrastruktur pasar seperti pengelolaan kebersihan, serta renovasi pasar guna memberikan pelayanan yang lebih nyaman bagi pengunjung.

Di sisi lain, platform e-commerce terus melancarkan strategi agresif untuk menarik perhatian pembeli. Berbagai cara ditawarkan, mulai dari diskon besar-besaran, gratis ongkos kirim, hingga program-program harbolnas (hari belanja nasional) setiap tahun sekali maupun pada saat tanggal-tanggal kembar. E-commerce memanfaatkan kemajuan teknologi yang canggih dengan promosi media sosial yang dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.

Strategi-strategi ini tentunya tidak hanya menarik minat belanja bagi kaum generasi muda, namun juga menarik minat sebagian konsumen yang terbiasa berbelanja di pasar tradisional. Dari sinilah letak tantangan besar bagi Pasar Legi Jombang untuk tetap relevan dan diminati masyarakat.

Derasnya arus digitalisasi menjadi tantangan bagi keberlanjutan Pasar Legi Jombang. Hal ini tentunya sangat bergantung pada kemampuan para pelaku usaha dan pemerintah daerah untuk terus berinovasi, sembari tetap mempertahankan identitas pasar tradisional.

Pasar Legi Jombang juga merupakan cerminan dari dinamika sosial dan budaya masyarakat setempat. Oleh sebab itu, setiap upaya dalam pengembangan lingkup pasar juga tetap harus melestarikan nilai-nilaj tradisionalnya. Kolaborasi dari berbagai pihak seperti mendatangkan konten kreator lokal serta promosi di media massa sangat diperlukan guna menciptakan keseimbangan di era digital ini.

Keberadaan e-commerce sebagai pesaing tidak dapat dihindari, hal ini bukan berarti Pasar Legi Jombang harus tersingkirkan. Justru persaingan ini dapat menjadi cambuk kuat guna mendorong Pasar Legi Jombang untuk tetap berinovasi dan beradaptasi namun tetap mempertahankan karakteristiknya.

Berbagai cara dapat dilakukan oleh pedagang seperti; mempertahankan kualitas produk lokal, memberikan pengalaman belanja yang khas, serta nilai-nilai sosial yang tidak akan pernah ditemukan ketika pembeli berbelanja secara online. Pasar Legi dapat terus menjadi bagian penting dari masyarakat, keberhasilannya tidak hanya bergantung pada strategi namun juga pada kesadaran kolektif untuk melestarikan adanya pasar tradisional.

Berita Terkait