Manfaatkan Kotoran Sapi Menjadi Biogas, Rumah Tangga di Wonosalam Ini 5 Tahun Tidak Beli LPG

Foto : Hendri, selaku rumah tangga pengguna biogas, saat melakukan pengolahan kotoran sapi, hingga menjadi bahan bakar api. (Kevin Nizar)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Pasangan rumah tangga di Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Wonosalam, Jombang ini sejak 2019 sampai sekarang (14/8/2024) tidak pernah lagi beli LPG. Mereka cukup memanfaatkan kotoran sapi dari kandangnya yang telah diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar dan bisa menghasilkan api.

Dengan proses pengolahan yang sederhana serta bantuan alat penampungan, kotoran sapi tersebut nantinya akan berubah menjadi biogas yang siap dimanfaatkan untuk sarana memasak setiap hari.

Baca Juga

Nur Okno Femiati selaku ibu rumah yang memanfaatkan biogas tersebut, mengaku sangat senang. Karena menurutnya dalam menggunakan biogas dari pengolahan kotoran sapi banyak manfaatnya dan dampak positifnya.

Sudah 5 tahun ia tidak pernah membeli gas LPG. Bahkan prihal harga terakhir dari pembelian gas LPG, harganya berapa, ia sampai tidak tau.

“Ya Alhamdulillah dari biogas itu saya bisa menghemat pengeluaran. Dari yang sebelumnya harus menyisihkan uang tiap Minggu untuk membeli gas LPG. Sekarang ya tidak usah mengeluarkan uang lagi untuk bahan bakar memasak, bahkan LPG sekarang harganya berapa, saya tidak tau,” ungkap Nur, dengan wajah sumringah.

Ia membayangkan, misalkan kalau masih memasak menggunakan gas LPG. “Tinggal dikalikan saja per 1 Minggunya, misalkan harga gas LPG 3 kg dibandrol dengan harga Rp 20 ribu. Tinggal menjumlah saja, sudah berapa itu biaya yang harus dikeluarkan,” ungkapnya sambil mengandai-andai.

Nur mengakui, api yang dihasilkan dari bahan bakar biogas tersebut juga sangat bagus, besar dan membiru sama seperti LPG. Bahkan menurut pengakuannya, kalau untuk memasak air bisa lebih cepat mendidih.

Prosesnya sangat sederhana, kotoran sapi yang baru keluar dikumpulkan dan dimasukan ke tempat pengadukan. Kemudian kotoran sapi tersebut ditambahkan air dan diaduk-aduk sampai tercampur rata.

Setelah itu, hasil adukan kotoran sapi disalurkan melalui pipa yang mengarah pada alat penampungan. Selanjutnya dari alat penampungan tersebut, kotoran sapi bisa berubah menjadi biogas.

Lalu dari alat penampungan tersebut, terdapat saluran pipa yang langsung mengarah pada kompor pemilik rumah tangga. Dengan begitu api bisa menyala lewat saluran gas tersebut, dan bisa digunakan untuk memasak.

Hal tersebut mereka lakukan setiap hari, karena untuk bisa mengeluarkan api secara terus menerus. Alat penampung harus terus diisi kotoran sapi setiap hari.

Hendri selaku pengguna biogas dari kotoran sapi tersebut, mengungkapkan, gagasan ini berawal dari bantuan Dinas Peternakan Kabupaten Jombang, pada tahun 2019. Danmasih berlanjut dan ia gunakan sampai sekarang.

“Untuk perawatanya sendiri pun, sangat mudah. Hanya membersihkan saluran yang mampet dengan menusuk-nusukya menggunakan kayu sampai saluranya menjadi lancar kembali,” jelas Hendri.

Ia setiap hari, harus mengisi kotoran sapi yang kemudian mengarahkanya ke alat penampunan. Supaya api di kompornya bisa terus menyala sepanjang hari.

“Selain kotoran sapi, sebenarnya kotoran kambing juga bisa. Tapi harus mengawetkanya terlebih dulu,” terangnya.

Hendri mengaku senang, karena program tersebut sangat bermanfaat untuk bisa meringankan beban rumah tangganya. Ia berharap, program seperti ini juga bisa diterapkan kepada rumah tangga lainya, khususnya bagi para peternak.

Berita Terkait