Cikal Bakal Nama Dusun Watulintang Jombang, Jadi Tempat Ritual Pencari Rezeki

Lokasi Watulintang yang berada di tengah sawah Dusun Watulintang, Desa Badang, Kecamatan Ngoro, KabarJombang.com/M Faiz H/
Lokasi Watulintang yang berada di tengah sawah Dusun Watulintang, Desa Badang, Kecamatan Ngoro, KabarJombang.com/M Faiz H/
  • Whatsapp

NGORO, KabarJombang.com – Asal usul nama Dusun Watulintang, Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, berasal dari adanya batu yang jatuh dari langit dan menyinari seluruh wilayah setempat.

Menurut Kepala Dusun Watulintang, Sugeng Santoso, konon ada batu yang jatuh di tengah area persawahan.

Baca Juga

Batu itu selalu memancarkan sinar yang bisa menerangi seluruh dusun di wilayah desa Bandang, Ngoro.

Mengetahui hal itu, berdasarkan cerita yang berkembang Sugeng mengatakan bahwa warga langsung mencari lokasi kejadiannya.

“Sehingga setelah ditemukan, digelarlah musyawarah warga setempat bersama para leluhur zaman dahulu. Setelah itu, diceritakan bahwa daerah ini dinamakan Dusun Watulintang,” ujarnya kepada KabarJombang.com, Minggu (15/8/2021).

Sinar yang selalu menerangi tiap malam itu membuat warga setempat semakin penasaran dan menarik perhatian. Sehingga dikatakan Sugeng, dari Mbah Ismail pembabat alas dusun Watulintang langsung ke tempat batu tersebut dan menekan batu itu hingga masuk kedalam tanah.

“Jadi pada dasarnya Mbah Ismail itu pembabat alas Dusun ini sekaligus penyebar agama Islam di sini. Nah pas mengetahui itu, mbak Ismail langsung membuat batu itu lebih melekat di tanah. Jadi yang awalnya tinggi, jadi diperdalam gitu,” jelasnya saat ditemui.

Diceritakan Sugeng, tempat jatuhnya batu dijadikan tempat bertapa atau bersimedi bagi sebagian besar orang yang mempunyai keinginan, terutama masalah ekonomi.

“Dari dulu sampai saat ini masih ada yang bertapa disana beberapa hari gitu, tapi lebih sering kalau malam. Ya karena sudah ada kenyataannya, salah satu warga di Dusun ini yang dulunya ekonominya dinilai sangat rendah. Setelah melakukan ritual disana (tempat Watulintang) dan membangun usaha, usahanya lancar dan ekonominya pun tercukupi,” ungkapnya.

“Sampai sekarang itu yang melakukan ritual menjari jalan untuk memenuhi kebutuhan itu masih banyak. Biasanya malam banyak kesini, dan itu bukan hanya dari warga Jombang saja. Tapi banyak juga yang dari luar, tapi saya masih kesal kalau ada yang merusak dan mengambil batu yang dirusak itu,” kata Sugeng menambahkan.

Untuk bisa mencapai lokasi batu tersebut, masyarakat harus jalan kaki melintasi pematang sawah karena tidak ada akses jalan. Karena tempatnya memang di tengah persawahan.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait