JOMBANG, KabarJombang.com – Dinas Pertanian Jombang mengklaim produksi beras di Jombang surplus 13 ribu ton pada panen pertama musim hujan awal tahun ini, Kamis (1/4/2021).
Bahkan, Jombang memiliki kontribusi untuk swasembada beras dan salah satu daerah lumbung pangan di Jawa Timur. Sehingga dipastikan tidak akan ada beras impor yang masuk ke Jombang.
Kepala Dinas Pertanian Jombang, Pri Adi menjelaskan pada musim hujan ini lahan tanaman padi seluas 42.700 hektar dengan analisa gabah yang dihasilkan sebanyak 140.600 ton beras.
Dengan asumsi kebutuhan beras yang dikalikan total jumlah penduduk Jombang yang sebanyak 1,2 juta jiwa, maka kebutuhan konsumsi beras selama satu tahun sebanyak 127 ribu ton.
“Sehingga tidak perlu impor masuk. Sebab pada saat MP saja kita sudah surplus 13.679 ton, belum pada saat MK 1 dan MK 2 (musim kemarau),” terangnya.
Priadi menjelaskan pada musim kemarau satu (MK 1) tahun lalu, luas lahan tanaman padi di Jombang tercatat 28 ribu hektar. Sedangkan pada MK 2 seluas 13 ribu hektar.
“Kalau MP ini 42 ribu hektar dan sampai saat ini yang sudah di panen sekitar 48 -50 persennya,” imbuhnya.
Dikatakan Pri Adi, selain surplus, pihaknya juga menjamin semua gabah petani terserap oleh pemerinttah dengan harga yang sesuai HPP (Harga Pembelian Pemerintah).
Hal ini, sudah diawali dengan penadatanganan MoU oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dengan sejumlah pihak saat berada di Jombang, beberapa waktu yang lalu.
Dalam MoU itu disepakati sebanyak 21 ribuan ton gabah petani dalam negeri akan bisa terserap atau terbeli hingga bulan Mei mendatang dengan harga yang sesuai standartnya atau HPP (harga pembelian pemerintah).
MoU itu diantaranya dengan Kostraling (Komando Strategi Penggilingan Padi), PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia, persero), Perum Bulog, serta BNI (Bank Nasional Indonesia).
Kostraling sepakat menyerap gabah petani dengan volume 4.500 ton gabah atau setara dengan 2.857 ton beras pada periode bulan Maret- Mei 2021. Sedangkan PT. Rajawali Nusantara Indonesia Persero sepakat menyerap gabah petani dengan volume 500 ton gabah perbulan.
Lalu, Perum Bulog sepakat menyerap gabah petani dengan volume 16.000 ton gabah atau setara dengan 10.000 ton beras pada periode bulan Maret-Mei 2021.