NGORO, KabarJombang.com – Kala banyak sektor usaha mengalami penurunan pendapatan sebagai efek pandemi Covid-19, rupanya tidak berlaku bagi perdagangan bibit tanaman. Jenis usaha ini, terbilang masih stabil.
Jumainah (60), salah satu pelaku usaha pelaku usaha penjualan bibit tanaman di Dusun Wedani, Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang ini mengaku, usahanya tetap berjalan normal di tengah pandemi.
Ia mengaku lebih diuntungkan keadaan. Menurutnya, usaha yang dirintisnya sejak tahun 1991 ini sempat sepi pada awal pandemi Corona melanda Kabupaten Jombang. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Jualan bibit tanamannya kembali normal saat jelang hari raya Idul Fitri, dan sedikit melonjak hingga saat ini.
“Awal muncul corona ya sempat sepi, tapi sebentar saja. Karena pas mau masuk hari raya, ramai lagi. Sekarang bibit yang ada di sini sudah dipesan semua,” ucapnya pada KabarJombang.com, Minggu (19/7/2020).
Jumainah mengatakan, tidak ada stategi khusus untuk bisa survive di masa pandemi Covid-19. Dia memperkirakan, usahanya relatif lancar dan banyak pesanan karena adanya kebijakan agar masyarakat berada di rumah.
“Malah makin banyak pembeli dan pesanan saat pandemi ini. Karena orang-orang kan pada di rumah semua, nggak ada aktivitas, jadi pingin menanam tanaman,” tuturnya.
Di tempat jualannya, yakni memanfaatkan halaman depan rumahnya dan sejumlah lahan kosong, bibit tanaman miliknya didominasi sayur-sayuran. Disemai dalam polibag plastik ukuran 8 x 9 sentimeter dan tersusun rapi setiap jengkalnya. “Selain di halaman depan, ada juga di samping dan belakang rumah,” katanya.
Usaha penjualan dan penyemaian bibit beragam jenis tanaman ini, sambung Jumainah, dijalankan oleh lima orang, termasuk dia dan suaminya. Prakti, Jumainah dibantu tiga orang pekerja untuk merawat dan bekerja di tempat usahanya setiap hari.
Awalnya, lanjut Jumainah, usahanya itu dirintis bersama suaminya. Dengan menyemai dan menjual bibit pepaya dan cabai rawit. Kedua komoditas itu banyak dijual ke luar kota. Lambat laun, bibit tanaman yang disemai dan dijual berkembang hingga beberapa jenis.
Benih yang disemai ditanah seluas 117 hektar ini bervariasi, mulai dari cabai rawit, cabai merah, tomat, terong, serta brokoli dan pepaya.
Untuk harga juga beragam, dari paling murah berkisar Rp 100 ribu – 150 ribu yaitu bibit cabe rawit, sampai yang mahal kisaran Rp 250 ribu – 300 ribu yaitu tomat. Namun, harga tersebut disesuaikan dengan jenisnya.
“Pembeli yang datang biasanya dari luar daerah. Ngambil bibitnya biasanya dari luar daerah karena lebih bagus, biasanya di Pare,” katanya.
Meski relatif stabil di masa pandemi, Jumainah juga mengaku mengalami fluktuasi penjualan. Biasanya, usahanya sepi pembeli di masa musim kemarau.
“Bagaimana pun, usaha ini tetap kami jalankan, karena ini menjadi penopang ekonomi keluarga. Kalau soal penurunan pendapatan, biasanya saat musim kemarau,” ujarnya.
Sekedar informasi, sektor usaha penjualan bibit tanaman digandrungi warga Dusun Wedani, Desa Badang, Kecamatan Ngoro. Bahkan, daerah ini terkenal sebagai kawasan penyemai dan penanam variasi bibit tanaman di Jombang. Dalam satu Dusun, rata-rata di setiap halaman rumah warga terdapat tanaman bibit yang dijual.
Menurutnya, banyaknya warga dusun setempat yang bergelut di bidang usaha ini menjadi hal positif. Dikatakan, semakin banyak persaingan usaha di sektor yang sama, akan memompa kreativitas dan memacu pelaku usaha untuk saling meningkatkan kualitas.
“Iya, sekarang sudah banyak dan mayoritas warga di sini melakukan pembibitan tanaman. Tapi ini positif, karena kita sama-sama saling melakukan terobosan,” pungkasnya.