BANDAR KEDUNGMULYO, KabarJombang.com – Keresahan kini melanda pengrajin tempe di Dusun Rejosari, Desa Tinggar, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang.
Betapa tidak, kini harga kedelai semakin naik. Namun disisi lain pekerjaan utama Umi Hasanah (48) dan Wiyono (68) sebagai pengrajin tempe itu harus dilakoni untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Di rumahnya itu, pasangan suami-istri tersebut telah memproduksi tempe sejak puluhan tahun lalu. Hanya saja dibeberapa tahun ini bak dihantam badai. Sebab selain adanya pandemi Covid-19 juga harga kedelai impor semakin naik.
“Harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 10.500 padahal kemarin masih Rp 9.700 per kilogram. Stabilnya harga kedalai itu Rp 7.000 pernah juga Rp 6.500,” tutur Umi pada KabarJombang.com, Senin (31/5/2021).
Karena naiknya semakin meroketnya harga produktivitas tempe ini juga semakin surut, sungguh semakin lesu. Sebab dalam satu hari produsen ini hanya mampu memproduksi sebanyak 70 kilogram.
“Sebelum pandemi dan sebelum harga meroket, satu hari kami bisa memproduksi sekitar satu kwintal kedelai,” katanya disela-sela proses ragi tempe.
Tak hanya sampai disitu, agar naiknya kedelai tidak mempengaruhi harga tempe. Pengrajin tempe harus memutar otak dengan memperkecil ukuran tempe dibandingkan menaikan harga tempe.
Sudah dua bulan ini, ukuran tempe semakin diperkecil. Biasanya ukuran tempe sepanjang 15 cm dengan harga Rp 2 ribu, kini menjadi Rp 13 cm.
“Omset yang kami peroleh saat ini mencapai Rp 250 ribu. Jika dibandingkan dengan sebelumnya bisa mencapai Rp 400 bahkan Rp 500 ribu,” pungkasnya.