KABARJOMBANG.COM – Pahlawan tanpa tanda jasa, begitulah mereka disebut. Meski harus berjalan menempuh hutan dan beberapa sungai, 5 guru yang mencurahkan ilmunya pada siswa di SDN Pojokklitih 3 Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang ini, tetap tegar dengan aktivitas yang dijalaninya.
Betapa tidak, meski harus rela pakaiannya basah setiap hari akibat terjangan air sungai, terkadang tubuh yang sudah tak muda lagi itu juga harus tergores akibat tajamnya bebatuan dan tanaman liar, saat melintas di sepanjang jalan menuju tempatnya mengajar.
Ya mereka adalah Laila Maulida (35) guru asal Desa Pojokklitih Kecamatan Plandaan, Sucipto (40) guru Honerer, Sutrisno guru asal Desa/Kecamatan Plandaan, Agus Subekti guru asal Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, dan Purwandi guru asal Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang yang juga sebagai Kepala SDN Pojokklitih 3 Plandaan.
Perjalanan sepanjang 7 kilometer dengan ditempuh waktu selama 2 jam harus mereka jalani setiap harinya, hanya untuk menuju ke sekolah. Alhasil, dengan berjalan bersamaan mereka harus merasakan rusaknya medan dan terjangan 3 sungai yang harus dilalui.
“Untuk memudahkan kita berjalan, kita harus melepas alas kaki, serta menjinjing celana agar tidak basah jika air sungai sedang penuh,” terang Laila, salah satu guru yang mengaku sudah mengajar 13 tahun di sekolah setempat.
Tak hanya hutan dan sungai yang mereka lalui untuk sampai tujuan. Bebatuan yang licin serta bebukitan menjadi santapan sehari-sehari bagi mereka. Tak terkadang, kerasnya batu mereka rasakan akibat terjatuh karena licinnya jalan. “Sekolahnya memang berada di lokasi yang terpencil jauh dari pemukiman, sehingga kita harus melalui beberapa rintangan itu,” celetuk Sucipto, salah satu guru lainnya.
Menurut mereka, tidak adanya fasilitas jalan menuju sekolah, tak membuatnya harus patah semangat. Sebab, harapan siswa-siswinya untuk belajar, memacu semangat mereka untuk terus mengajar. Pasalnya, jika melihat kebahagian siswanya atas kedatangan gurunya, memercikkan semangat kepedulian yang luar biasa. “Saya sangat senang melihat kebahagian siswa kita saat menyambut kedatangan para gurunya. Ini yang membuat kita terus bertahan,” ungkapnya.
Hal senada juga dirasakan siswa siswi SDN yang berada di Dusun Nampu Desa Pojoklitih Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang ini. Meski tak separah apa yang harus dilalui gurunya, mereka juga harus menempuh medan yang sulit. Sebab, jarak sekolah dan tempat tinggal mereka yang cukup jauh membuat 17 siswa yang berada di sekolah tersebut harus merasakan dinginnya air sungai.
“Kalau airnya naik, kita diantar orang tua. Sebab beberapa waktu lalu ada teman kita yang terseret arus sungai yang deras. Kadang-kadang, ada juga perasan takut. Tapi mau bagaimana lagi, memang begini keadaannya,” terang Mohammad Sahrul (8) salah satu murid SD.
Tak jauh beda yang dirasakan Rity Anisa (8), perasaan was-was akan medan yang ditempuhnya saat berangkat sekolah terkadang membuatnya ketakutan. Licinya jalan serta dalamnya sungai menjadi pandangan yang tak asing lagi saat dirinya akan mencari ilmu.
“Ya terkadang takut juga, sehingga orangtua was-was. Selain itu, kita berharap bisa dibangun jembatan agar kita bisa pergi belajar dengan aman,” ceritanya saat ditemui di lokasi.
Sementara Kepala Sekolah SDN Pojokklitih 3, Purwandi membenarkan tidak adanya akses jalan lain menuju sekolah, kecuali jalan setapak yang berat. Hanya karena semangat para siswa di SD ini cukup tinggi, beberapa guru sangat termotivasi untuk tetap bertahan bekerja dengan ikhlas.
“Untuk memotivasi kepada teman-teman, kita harus melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, kasihan siswa kalau bukan kita yang mengajar siapa lagi. Kita berharap, ada kebaikan dalam perjuangan para guru yang mengajar kepada siswa-siswi kita, terutama perhatian pemerintah,” pungkasnya. (aan/kj)