KABAR JOMBANG – Mendedikasikan diri untuk orang lain bisa menjalani hidup dengan sembuh dan sehat, tidaklah mudah. Tapi, inilah yang dilakukan H Siamar (67), warga Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Pria yang sejak beberapa tahun ini menjadi pelatih tertinggi di Lembaga Seni Pernafasan (LSP) Satria Nusantara wilayah Jawa Timur ini mengatakan, tanpa melalui proses medis, orang yang sedang, dan pasca sakit berat pun, bisa sembuh dengan metode latihan pernafasan di LSP Satria Nusantara.
Menurut H Siamar, takdir kematian memang tidak bisa dihindari. Tapi alangkah baiknya hidup ini dijalani dengan sehat. “Misalkan jatah usia seseorang 70 tahun. Sementara di usia 50, ia menderita sakit berat semacam stoke, kencing manis, jantung, dan lainnya. Maka selama 20 tahun ia mengalami penderitaan sakit yang dialaminya,” ujarnya usai melatih anggota SN, Selasa (2/6/2015) di Lapangan Kwaron, Diwek.
“Tapi, ketika dia mengikuti latihan pernafasan di SN (Satria Nusantara, red), insya Allah dia tidak akan mengalami penderitaan sakit menahun itu. Jika ikut SN, fisik seseorang yang usianya 50 tahun sama dengan seseorang yang berusia 20 tahun,” tegas pria yang juga memiliki toko di pasar Cukir ini.
Ditanya mengapa demikian, apa rahasia dibalik itu semua, “Kuncinya ada di pernafasan. Seorang yang ikut SN minimal 2 hari sekali menjalani latihan bersama secara rutin. Peserta kita latih menahan nafas sekuat-kuatnya dengan gerakan tubuh, konsentrasi, dan berdzikir,” jawab H Siamar.
Pria yang sudah di SN selama 23 tahun ini menegaskan, faktor genetik keturunan merupakan hal sangat dominan seseorang bisa menderita jenis penyakit yang sama. “Jika orang tuanya sakit stroke, 90 persen dia bakal menderita stroke. Istilahnya, di SN ini kita sedia payung sebelum hujan,” katanya.
Sejak dinobatkan sebagai pelatih tertinggi di Jawa Timur, tanggung jawab H Siamar semakin besar. Aktivitas melatih anggota baru LSP SN di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Jombang terus dijalaninya, kendati ia harus membagi waktu untuk kesana-kemari.
“Dikhawatirkan ada anggota baru SN yang mengalami pingsan, atau muntah darah saat latihan. Terutama di jurus 5 putar, lantaran jurus ini adalah puncak untuk mengeluarkan penyakit dalam tubuh. Asisten pelatih belum mampu menangani hal demikian,” terangnya.
Ditanya apa yang mendorongnya berbuat agar orang lain bisa sembuh dan hidup sehat. “Hanya saya niati ibadah, dan ingin bermanfaat bagi sesama. Orang yang sembuh dan sehat, tentu dia akan nyaman menjalankan ibadah kepada Alloh SWT. Kalau saya ingin mencari uang, bukan disini tempatnya,” paparnya serius.
Lebih lanjut, H Siamar menceritakan, LSP Satria Nusantara hadir di Cukir sebagai cabang sejak tahun 1991. Saat itu latihannya terpusat di PG Tjoekir. Tahun 1992, ia menjadi anggota LSP Satria Nusantara. “Saat itu masih bernama Seni Beladiri dan Tenaga Dalam Satria Nusantara. Kemudian SN berhenti beraktivitas pada tahun 1999. Pasca itu, SN Cukir kembali aktif sebagai unit Tebuireng hingga sekarang,” ceritanya. (rief)