JOMBANG, KabarJombang.com – Pilkada Jombang 2024 ini, terus menarik perhatian dari berbagai kalangan, tidak ketinggalan juga dari para akademisi yang mulai menyoroti proses 5 tahunan tersebut.
Salah satunya adadalah Farhad Muhammad,M.Pd, akademisi dari Universitas Darul ‘Ulum Jombang yang juga kandidat Doktor dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Ia mengemukakan pandangannya terkait dinamika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jombang pasca debat perdana yang digelar pada Sabtu, (19/10/2024) lalu.
Dari pandangannya, kedua Pasangan Calon (Paslon) baik nomor urut 1 Mundjidah Wahab – Sumrambah (MuRah) dan Warsubi – KH. Salmanuddin Yazid atau Gus Salman (WarSa) sudah menunjukan peforma terbaiknya.
Namun ada sesuatu yang menjadi perhatian khusus bagi Farhad. Yakni jika petahana tumbang, bukan karena kurangnya modal atau dana kampanye, melainkan disebabkan oleh rekam jejak kepemimpinan yang kurang dirasa memuaskan oleh Masyarakat selama lima tahun kepemimpinannya.
“Modal bukanlah faktor utama yang akan menentukan kemenangan atau kekalahan petahana dalam Pilkada ini. Justru, yang akan lebih berpengaruh adalah bagaimana masyarakat melihat rekam jejak kepemimpinan mereka selama lima tahun terakhir,” ungkapnya.
Farhad menekankan bahwa masyarakat Jombang kini semakin cerdas dalam menentukan pilihan politiknya. Menurutnya, faktor uang bukan lagi menjadi penentu utama, melainkan hasil nyata dari kebijakan yang telah dilaksanakan oleh petahana selama menjabat.
“Selama lima tahun terakhir, masyarakat bisa menilai sendiri bagaimana kinerja petahana dalam menyelesaikan berbagai masalah di Jombang, seperti infrastruktur, layanan publik, hingga kesejahteraan sosial. Jika hasilnya tidak sesuai harapan, wajar jika masyarakat akan mencari alternatif pemimpin yang lebih baik,” lanjutnya.
Akademisi Undar ini juga menyoroti sejumlah masalah yang belum terselesaikan selama kepemimpinan petahana, seperti penanganan kemiskinan, pengangguran, serta pembangunan infrastruktur yang tidak merata di daerah pedesaan.
Farhad menilai, jika isu-isu ini terus menjadi perhatian utama masyarakat, maka petahana akan kesulitan meraih dukungan mayoritas dalam Pilkada tahun ini.
“Masyarakat Jombang tidak lagi tertarik pada janji-janji politik yang manis. Mereka ingin bukti nyata, dan jika dalam lima tahun terakhir tidak ada perubahan signifikan, maka wajar jika petahana akan menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan kursinya,” tegasnya.
Di sisi lain, Farhad juga menyebut bahwa calon penantang memiliki peluang besar untuk merebut hati masyarakat jika mereka mampu menawarkan program yang jelas, realistis, dan berpihak pada kepentingan rakyat.
“Jika petahana tidak mampu membuktikan kinerja yang memuaskan, penantang yang memiliki visi jelas dan program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama di sektor ekonomi dan kesejahteraan, bisa mendapatkan dukungan luas,” tandasnya.
Namun, pada debat perdana lalu, menurutnya, terlihat Paslon Penantang Warsubi-Salman (WarSa) masih terlihat demam panggung. Public Speaking yang kurang menguasai materi sehingga program yang ingin disampaikan belum secara maksimal bisa dicerna oleh masyarakat.
“Bisa dimaklumi, Paslon Penantang (Warsubi-Salman) latar belakangnya pengusaha yang lebih mengedepankan teknis dibanding public speaking. Masih perlu belajar menyampaikan di muka umum agar tidak demam panggung,” ucapnya.
Dengan semakin dekatnya Pilkada Jombang, Farhad menyarankan para calon kepala daerah untuk lebih fokus pada penyampaian program-program yang konkret dan solutif, bukan sekadar mengandalkan kekuatan modal.
“Masyarakat saat ini ingin perubahan nyata, bukan janji semata. Jika tidak mampu memberikan itu, petahana mungkin harus bersiap menghadapi kekalahan dan harus rela memberikan kekuasaan kepada pemimpin baru,” pungkasnya.