JOMBANG, KabarJombang.com – Langit masih petang, setelah sholat shubuh berjamaah, dilanjut dengan Istighosah Kubro, yang dipimpin oleh KH. Masduqi
Abdurrahman. Sang fajar perlahan mulai tampak, para jamaah mulai berdatangan memadati Masjid Agung Baitul Mukmin, Jombang, yang disambut dengan iringan sholawat nabi.
Jumat pagi (2/2/2024) Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang merayakan resepsi hari ulang tahun Nahdatul Ulama yang ke-101 tahun, Istighosah dan doa bersama untuk keselamatan bangsa.
Dengan tema, memacu kinerja, mengawal kemerdekaan Indonesia, organisasi yang didirikan oleh para Masyayikh, dan Kyai ini. Diharapkan bisa menjadi pengawal agama, bangsa Indonesia, dan kemanusiaan.
Rais Syuriah PCNU Jombang, KH. Achmad Hasan membuka acara dengan ucapan syukur karena NU tahun ini telah memasuki lembar baru, abad yang yang kedua.
“NU yang lahir pada tahun 1926 itu bermula dari jamiyah yang anggotanya masih kecil tapi berkat ketulusan, kegigihan, serta riyadho, para muasis Nahdatul Ulama, sekarang sudah menjadi organisasi yang terbesar di dunia,” ujarnya.
Ketua Tanfidziah PCNU Jombang, KH. Fahmi Amrullah, mengatakan, 101 tahun usia Nahdlatul Ulama tentu bukan usia yang pendek, usia yang cukup lama dan sepuh. NU sudah mengalami berbagai macam zaman, NU didirikan pada zaman penjajahan, kemudian melewati zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru, setelah itu NU berada di zaman reformasi.
“Tentu itu memberikan pengalaman yang luar biasa bagi Nahdlatul Ulama, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran melalui zaman-zaman yang telah dilalui oleh Nahdatul Ulama. NU pernah juga menjadi partai politik, tetapi ternyata ketika menjadi partai politik itu tidak menguntungkan malah tidak karuan,” tuturnya.
Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz, mengungkapkan, 101 tahun NU, usia yang sangat luar biasa bagi sebuah organisasi. Tidak banyak organisasi di dalam waktu 101 tahun tetap berkembang, tetap memberikan manfaat, dan tetap guyub, rukun.
“Sekarang silaturahim ini enak, perjalanan mudah, kendaraan mudah, dan fasilitas nyaman. Saya melihat sekarang perkembangan yang sangat luar biasa, tidak hanya mewadahi tapi ini mewah. Tidak ada alasan lagi kita untuk berat bersilaturahim. Dan itu yang harus kita laksanakan sebagai umat islam,” tandasnya.
Kyai yang yang akrab disapa Gus Kikin ini menceritakan tentang sejarah perjuangan para Kyai sebelum NU ada. Umat islam saat belum ada NU mereka mengikuti faham ahli sunnah waljamaah. Para Ulama pada saat belum berorganisasi beliau juga selalu untuk mendampingi masyarakat.
“Para Ulama, pengasuh pondok, Kyai-kyai, para ustadz-ustadzah, beliau-beliau itulah yang mendampingi masyarakat. Sehingga suatu ketika ada penjajah Belanda yang tadinya hanya berdagang kemudian menjadi penjajah Indonesia. Mereka masuk ke Indonesia sampai dalam kurun waktu yang cukup lama 3,5 abad (350 tahun),” ceritanya.
“Belanda menjajah Indonesia sangat lama sampai pada akhirnya Belanda capek dan pulang. Umat islam tidak ada kerusakan pada tradisinya, budayanya, dan peradabannya. Saat Belanda sudah pulang, yang tahlil, tahlilan lagi, yang muludan kembali diteruskan, yang ziarah ke makam melanjutkan kegiatannya,” lanjutnya.
“Artinya bahwa pendampingan dari para Ulama, para Kyai, Ustadz kepada masyarakat itu tidak merusak akidah, tidak merusak keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT,” tegasnya.
PJ Bupati Jombang, yang diwakili oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol), Anwar, memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para Kyai dan para pembimbing umat. Karena telah menyelenggarakan doa bersama dan istigosah untuk keselamatan bangsa dalam rangka peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama ke 101.
“Dalam doa-doa kita, mari kita sampaikan keihklasan hati untuk menjadikan negeri ini sebagai tempat yang penuh dengan kebaikan dan keadilan,” pesannya.
Acara ditutup dengan mauidlohvkhasanah yang disampaikan oleh KH. Anwar Iskandar, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dalam 101 tahun usia Nahdlatul Ulama merupakan usia yang panjang, yang penuh dengan dinamika, suka duka perjuangan.
“Dalam kurun waktu 101 tahun ini NU sudah pernah mengalami sebuah peristiwa yang macam-macam. Mulai dari zaman perang kemerdekaan, zaman mempersiapkan negara menjadi bangsa yang merdeka, masuk ke sebuah masa orde lama, fase orde baru, fase reformasi sampai sekarang,” katanya.
“Tentu itu pelajaran berharga buat NU untuk mengawal agama Allah, untuk mengawal ahlusunah waljamaah, untuk mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan untuk mengawal prinsip-prinsip kemanusiaan,” tambahnya.
“NU yang secara dasar terdapat tugas-tugas. Satu, mengawal dan menjaga agama, dua menjaga negara Indonesia, dan tiga mengawal dan menjaga kemanusiaan. Bagaimana manusia hidup di atas bumi ini, siapapun dia dan apapun bangsanya, apapun agamanya, kita punya tugas untuk mengawal kemanusiaan ini agar lebih baik di masa yang akan datang,” pungkasnya. (Kevin Nizar)