JOMBANG, KabarJombang.com – Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar kompak hadiri Haul KH. M. Bisri Syansuri dan Nyai Hj. Nur Khodijah Hasbullah serta memperingati Harlah Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif 109 digelar di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, Jumat (12/1/2023) malam.
Pasangan Calon (Paslon) Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1 itu tampak terlihat bersama hadir di acara yang digelar satu tahun sekali tersebut.
Muhaimin Iskandar atau akrab didengar Gus Imin ini hadir lebih dulu, ia pun duduk di podium utama bersama para alim ulama yang hadir seperti Habib Umar Al-Mutohar, KH Said Aqil Siradj serta KH Abdurrahman Al – Kautsar atau Gus Kautsar.
Sementara itu, sang Capres yakni Anies Baswedan tiba di lokasi sekitar pukul 23.30 WIB. Saat mantan Gubernur DKI Jakarta itu tiba, sontak seluruh mata yang hadir tertuju ke Anies.
Ia datang dari pintu utama Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Ia dikawal sampai ke podium dan duduk bersebelahan dengan KH Aqil Siradj yang pada waktu yang sama sedang memberikan pengajian umum.
Setibanya Anies dan duduk bersebelahan, Kyai Said Aqil kemudian lanjut memberikan pengajiannya. Pada momen itulah, Kyai Said menyerukan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus orang yang berani.
“Presiden dan Wakil Presiden nanti ini harus orang yang berani. Berani memberantas korupsi, berani menyatakan sikap yang benar, harus sehat fisik dan mentalnya,” ucapnya.
Ia juga dengan tegas menghimbau, di musim politik 2024 ini, semua aparat negara harus netral.
“Mari kita pilih presiden sesuai hati dan kehendak kita masing-masing. Saya harapkan aparat, TNI, Polisi netral. Dari Presiden sampai RT semua harus netral. Agar muncul demokrasi yang jujur bersih dan adil,” ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, setelah Kyai Aqil menyudahi pengajiannya, Anies Baswedan diberikan waktu untuk menyampaikan sepatah dua patah kata kepada para hadirin yang hadir di lokasi sejak sore.
Dalam penyampaiannya ketika microphone sudah di tangan kanannya, Anies mengucapkan rasa syukur bisa hadir kembali di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.
“Rasa syukur malam ini bisa tiba untuk bersama menghadir majelis yang mulia ini. Mohon maaf datang terlambat, karena kami baru datang dari Tapanuli Tengah,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, saat ini dirinya dan Gus Imin sedang diberikan amanah yang begitu besar.
“Karena saya dan Gus Muhaimin ini bagi tugas, dimana tempat Gus Muhaimin datang maka saya tidak ada, begitupun sebaliknya, karena kami membagi tugas ini agar semua bisa dikonsolidasikan merata,” imbuhnya.
“Ini sudah tanggal 12 Januari 2024, kami sedang mendapatkan amanat yang tidak kecil, cukup besar, untuk mengikhtiarkan perubahan di Indonesia. Terutama sila kelima, adil dan makmur untuk semua. Bukan keadilan dan kemakmuran untuk sebagian orang saja dan yang lainnya hanya menonton saja, namun semuanya harus adil dan makmur dan merata,” jelasnya.
Selain itu, ia juga sempat menyinggung soal akronim singkatan AMIN yang saat ini terkadang membuat beberapa orang gelisah.
“Mudah-mudahan tanggal 14 Februari 2024 nanti bisa menjadi hari perubahan di Indonesia. Ini semua prosesnya relatif luar biasa cepat. Karena itu ketika kami berjalan bersama dan disingkat namanya bernama AMIN, tapi kemanapun semua niat baik jawabannya tetap AMIN,” katanya.
“Walaupun banyak orang yang saat ini terganggu oleh singkatan itu. Singkatan itu bukan kita yang mengambil, tapi ‘Dekengan Pusat’ artinya dari Allah SWT,” ucapnya melanjutkan sembari tersenyum.
Anies juga menyinggung soal perubahan demokrasi. Dimana, ia melihat demokrasi bisa dinilai dari bagaimana masyarakat bisa bebas untuk berpendapat.
“Kalau dulu kita bisa berbicara kebebasan berpendapat, saat ini mau mengkritik pemerintah Indonesia saja harus dengan kata Wakanda. Itu menandakan adanya ketakutan dari masyarakat jika berbicara dan mengkritik pemerintah. Dan yang tidak kalah mengkhawatirkan, bahwa negara hukum mulai bergeser menjadi negara kekuasaan,” imbuhnya.
Menurut Anies, saat ini hukum diatur oleh kekuasaan. Ketika hukum mulai di tekuk oleh penguasa, maka pihaknya melihat ada potensi yang sangat tidak baik untuk Indonesia kedepannya.
“Maka kami berikhtiar untuk mengembalikan demokrasi ke relnya yah semula. Ini bagian dari meneruskan perjuangan, jika kita melihat catatan sejarah dari perjuangan KH Bisri Syansuri,” pungkasnya.