JOMBANG, KabarJombang.com – Ekskavasi Situs Mbah Blawu di Desa Sukosari, Kecamatan Jogoroto, Jombang terus dilakukan dan sudah masuk hari kedua. Tim Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 11 Jawa Timur (Jatim) sebut memungkinkan jadi situs terbesar.
Hal tersebut disampaikan oleh Pahadi, Ketua Unit Pengembangan dan Pemanfaatan BPK Wilayah 11 Jatim. Ia mengatakan Situs Mbah Blawu ini juga diprediksi ukurannya bisa sampai 20 meter lebih.
“Sementara yang baru kita temukan adalah bagian sampingnya, kalau kita tarik secara simetris mungkin dia ada di 11 meter dan jika dikalikan 2 maka bisa saja 22 meter,” ucapnya pada awak media pada Selasa (20/9/2022).
Pahadi melanjutkan, jika candi dengan ukuran 20 meter lebih itu, ia belum tahu persis selama ia melakukan proses ekskavasi. Namun yang pernah ia temukan adalah di Candi Utama, itupun ukurannya hanya 14×14 meter.
“Kalau untuk ukuran situs Mbah Blawu ini nantinya ia belum tahu apakah akan menjadi candi terbesar. Tapi yang jelas, yang besar juga adalah brawunya,” katanya.
Sangat memungkinkan, jika situs Mbah Blawu ini menjadi situs terbesar. Namun, hal itu juga tetap melihat temuan terdekat seperti apa saja.
“Strukturnya juga lumayan besar, tapi yang masih meragukan adalah pada bagian selatan itu tidak membentuk Titi dinding kulit yang hanya berada di luar dan dalam. Sehingga tidak menjadi satu kesatuan struktur candi,” ujarnya.
Pria yang juga merupakan Arkeolog BPK Jatim itu melanjutkan, keraguan tersebut tergambar karena itu pada umumnya bukan merupakan struktur bangunan yang satu kesatuan candi.
“Jadi gambarannya nanti apakah nanti ada pembagian bilik dulu di luar. Jadi ini hanya asumsinya saja, mungkin candi utama itu berada di tengah dan di kelilingi oleh bagian lain untuk menutupi bagian struktur utama candinya,” ungkapnya.
Atau, bisa juga bentuk dari situs Mbah Blawu ini juga seperti bilik yang ada di situs Pagentong yang juga punya pagar dua lapis. Jika memang satu kesatuan, memungkinkan saja bisa menjadi situs besar.
Sementara itu, pada hari kedua ekskavasi ini sendiri, tim BPK yang bekerja masih terus berfokus untuk mencari struktur tangga masuk candi.
“Pola tangganya sudah mulai nampak. Berarti arah hadap candinya itu ke timur dan ini umumnya jarang ditemukan di sekitar Mojokerto,” jelasnya.
Lebih lanjut, jika arah hadap candi sudah ditemukan, maka bentuk keseluruhan bangunan dapat lebih mudah diprediksi dulunya digunakan untuk kegiatan apa saja.
“Kalau ada orang yang menghadap ke candi, berarti orang tersebut menghadap ke barat. Ini juga yang unik. Jadi saya foto dari arah barat, itu langsung nampak Gunung Penanggungan,” jelasnya.
Ia juga menggambarkan, ketika dirinya mencoba melakukan analisis, seperti apa bentuk bangunan situs ini dulunya dan sering digunakan masyarakat dulu untuk aktivitas apa saja.
“Jadi kalau kita berfoto dari kebon tebu yang ada di barat, persis ketemunya nanti Gunung Penanggungan. Tapi candi ini, untuk tangganya, malah potensinya itu berada di timur. Kalau arah candinya menghadap ke timur, maka jamaatnya menghadap ke barat,” ulasnya.
Hadi melanjutkan, bisa jadi bahwa situs Mbah Blawu ini juga masih ada keterkaitannya dengan candi di Jawa Tengah.
“Karena Jamaat kan menghadap candi. Umumnya candi itu konsepnya orang menghadap ke candi sekaligus gunung suci atau tempat yang dianggap sakral. Apakah itu ada hubungannya dengan Jawa tengah dan lain-lain, memang perlu kajian kesejarahan yang kuat,” ungkapnya.
Disebutnya, lokasi situs ini membelakangi Gunung Penanggungan dan menghadap ke Jawa Tengah. Namun, sekali lagi ia menegaskan bahwa itu hanya asumsi, sehingga pihaknya belum mengetahui secara pasti apakah ada hubungannya dengan Kerajaan Medang dan lain-lain.
“Karena ada juga pola pada candi ini disesuaikan dengan adat kesuciannya. Maupun periodisasi apakah ada yang disucikan di tempat tersebut. Kita masih terus kaji itu, yang jelas pada tahap awal ini target kita adalah mencari potensi struktur,” pungkasnya.(Anggit)