JOMBANG, KabarJombang.com – Kisah keluarga kecil Soekarno di Jombang tepatnya di Kecamatan Ploso menyisakan banyak misteri di kalangan masyarakat. Beberapa informasi yang menyebutkan bahwa Soekarno memang lahir di Ploso.
Kabarjombang.com coba melakukan riset dari tulisan Profesor Tadjoer Rizal Baiduri, dalam bukunya Ida Ayu Nyoman Rai pada Kamis (4/8/2022). Dalam bukunya, ia menuliskan satu poin yang menarik perhatian. Dimana dalam buku tersebut, tertulis bahwa dari tempat tinggal Nyoman Rai Srimben yang mengikuti penugasan R. Soekeni di Ploso Jombang, terdapat catatan dalam dokumen pribadi ayah sang proklamator tersebut.
Si Kecil Bung Karno
Dalam dokumen R. Soekeni, disebutkan dengan tulisan tangan tentang kelahiran putra keduanya yang diberinama Kusno. Dalam dokumen tersebut, R. Soekeni menuliskan tanggal kelahiran putra keduanya tersebut yaitu Kusno yang kelak diganti namanya menjadi Soekarno.
Professional Tadjoer, menuturkan, dalam catatan ayah bung Karno itu, disebutkan putranya tersebut lahir pada 6 Juni 1902. Hal ini, jelas berbeda dengan tanggal kelahiran Soekarno yang dituliskan penulis biografi presiden pertama Indonesia ini yang banyak menyebut sang proklamator lahir pada 6 Juni 1901.
Soal kota kelahiran Soekarno di Surabaya, dari berbagai informasi yang berkembang, diakui secara umum memang benar adanya jika merujuk pada tahun kelahiran 1901. Itu disebabkan, Nyoman Rai Srimben kala itu memang sedang menemani R. Soekeni bertugas di Surabaya.
Saat berada di Surabaya dalam menemani masa tugas sang suami, Nyoman Rai Srimben sudah memiliki seorang putri, Soekarmini, yang lahir saat R. Soekeni betugas di Singaraja, Bali.
Lahir di Ploso
Cerita lahirnya sang putra fajar, Soekarno memang masih layak untuk dibicarakan khalayak umum. Jika merujuk pada dokumen pribadi yang berupa tulisan tangan R. Soekeni, bahwa kelahiran Kusno (Soekarno) kecil adalah pada tahun 6 Juni 1902, hal itu seperti menepis anggapan selama ini bahwa Soekarno lahir pada tahun 1901 dan mungkin bukan di Surabaya.
Karena, pada masa itu, R. Soekeni sedang menjalankan tugasnya di Ploso yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Jombang. Tugas yang diemban R. Soekeni waktu itu juga selalu ditemani sang istri, Nyoman Rai Srimben.
Melanjutkan, kalaupun tetap disebutkan tempat kelahiran Soekarno di Kota Surabaya, dengan tanggal mengikuti dokumen pribadi R. Soekeni, itu pun tidak terlalu salah. Karena, Ploso pada waktu dimana R. Soekeni mengajar waktu itu merupakan wilayah Kawadenan yang masuk dalam keresidenan Surabaya.
Hal ini dapat disimak dari surat keputusan penugasan R. Soekeni antara tahun 1901 sampai 1907 adalah di Ploso, Surabaya. Namun, apabila dokumen sejarah ini dibaca dalam perspektif saat ini maka Ploso adalah sebuah kota kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Jombang.
Apalagi, sebagian besar anak muda saat ini tidak lagi mengenal eks wilayah Kawadenan maupun Karesidenan. Setelah hampir tujuh tahun menetap di kota Ploso, Nyoman Rai Srimben harus berpindah lagi mengikuti suaminya R. Soekeni yang tugasnya berpindah ke Sidoarjo yang jaraknya 20 kilometer dari Kota Surabaya.
Ada perasaan, kepindahan ke Sidoarjo lebih menyenangkan karena kedudukan R. Soekeni menjadi mantri guru dengan masa kerja semakin lama, dan ini berarti meningkat pula gaji dan kehidupannya sebagai guru.(Anggit)