MOJOAGUNG, KabarJombang.com – Usia senja tak menyurutkan semangat sosok perempuan yang biasa dipanggil Mbah Temu untuk mengais rezeki, dengan membuka jasa pijat bayi di Desa Mancilan, Kabupaten Jombang.
Kasih sayang yang diberikan lansia berusia 84 tahun ini dalam memijat para bayi selalu ia tunjukkan kepada para pelanggannya. Hanya dengan melihat dan mengurut pelan para bayi, Mbah Temu sudah dapat mengira masalah yang terjadi pada tubuh sang bayi.
Di atas ranjang tua miliknya sambil ditemani orang tua sang bayi, beliau dengan sabar menghadapi sang bayi. Meski memiliki sedikit masalah pendengaran ia tetap totalitas memberika pelayanan pada pelanggannya. Karena tak hanya memijat, beliau juga memberikan beberapa wejangan kepada orang tua agar sang bayi dapat lebih sehat.
Mbah Temu sudah bekerja menjadi tukang pijat bayi selama lebih dari 50 tahun, sebelum anak satu-satunya bernama Slamet lahir. Ilmu memijat bayi didapatkannya dari sang nenek yang potretnya terpajang di sudut rumahnya.
“Jadi tukang pijat bayi sudah lama, tahunnya sudab lupa pokoknya sebelum saya lahir, sekarang saya udah 50 tahun. Kalau ilmu memijat dari neneknya yang itu ada fotonya di dinding,” kata anak semata wayang mbah Temu, Slamet (50) kepada KabarJombang.com, Kamis (19/8/2021).
Pijat Mbah Temu buka setiap hari kecuali hari jumat. Mulai dari jam 6 pagi, para pelanggan biasanya sudah mulai mengantri. Setiap harinya mbah temu bisa menerima 10-15 pelanggan yang datang tidak hanya dari Mojoagung. Mbah Temu tidak menentukan tarif pada pelanggannya, namun biasanya pelanggan memberikan uang sejumlah Rp. 20.000 – Rp.25.000.
“Dari jam 6 buka sampai habis ashar biasanya, Setiap hari ya buka, cuma kemarin satu bulan libur karena Mbah Temu jatuh kepleset, alhamdulillah sudah buka lagi sekarang. Soalnya pelanggan sudah banyak dari mana-mana. Pelangannya gak mesti kadang 15 bayi, kadang ya 10,” ujarnya.
Saat memijat ia juga menggunakan minyak telon serta sedikit ramuan (bobok) yang ia buat sendiri yang dioleskan ke tubuh sang bayi. Ramuan (bobok) itu terbuat dari beras, kunir, bawang, brambang, dan daun sangket.
Karena banyaknya antrian, Ismawati (31) dari Sumberboto yang saat itu sedang memijatkan buah hatinya mengaku sudah menunggu dari jam 10 dan baru dipijat jam 2 siang. Ia merupakan pelanggan terakhir hari itu. Ismawati yang memiliki 3 anak itu telah sejak lama menjadi pelanggan, sejak anak pertamanya.
Ia rela jauh-jauh ke Mojoagung karena kalau di pijat di Mbah Temu lebih rata ke semua tubuh bayi, berbeda kalau pijat di tempat lain.
“Saya sudah dari jam 10, saya pelanggan terakhir hari ini. Kalau pijet di Mbah Temu itu rata gak kayak di tempat lain. Saya udah langganan sejak anak pertama,” kata Ismawati.