JOMBANG, KabarJombang.com – Bergulirnya kebijakan belajar secara daring (dalam jaringan) atau online karena pandemi Covid-19, membuat Wiwik (40) warga Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, harus banting setir berjualan es tapai ketan hitam.
Sebab, dia tak lagi bisa berjualan di kantin sebuah sekolah swasta, lantaran muridnya belajar daring. Sebelum pandemi, ia berjualan bakso, mi ayam di sekolah itu.
Ia bergelut mencari nafkah, hanya untuk menopang ekonomi keluarga kecilnya. Membantu suaminya yang berprofesi sebagai guru di sekolah swasta tersebut.
“Sejak sekolah daring itu kan nggak bisa jualan bakso, mie ayam lagi di sekolah, tapi kebutuhan hidup harus terpenuhi. Akhirnya, sekitar Juli 2020 mulai jualan es tape ketan hitam ini,” tuturnya pada KabarJombang.com Minggu (3/1/2021).
Rupanya, resep tapai ketan hitam yang dijualnya tidak instan. Sebelumnya, Wiwik memiliki racikan resep dari neneknya. agar es tape ketan hitamnya nikmat dan menyegarkan. Dengan modal yang diakuinya tidak banyak, ia pun berspekulasi berjualan minuman ini.
“Waktu itu juga punya modal nggak banyak. Jualan bakso lagi nggak mungkin karena di luaran yang jual sudah banyak. Terus pilih tapai ketan hitam ini karena ada resep dari nenek saya yang sering dibuatnya dulu,” jelas Wiwik.
Berjualan es tapai ketan hitam, Wiwik biasanya mangkal di antara Jalan Flamboyan sampai Jalan Gus Dur, sedari pukul 09.00 WIB. Semangkok tapai ketan hitam dan ketan putih matang yang biasa orang Jombang menyebutnya ‘tetel’ hanya dihargai Rp 5 ribu.
“Panas atau dingin sama aja harganya, cuma Rp 5 ribu,” katanya.
Wiwik mengaku, omzet yang dia dapat dalam sehari berjualan, tidak menentu. Apalagi, dipengaruhi faktor cuaca yang memasuki musim hujan.
“Gak tentu dapatnya. Apalagi hujan gini. Musim hujan, dapat minimal 30 porsi sudah Alhamdulillah,” ungkapnya.
Disinggung penundaan belajar tatap muka kembali digulirkan karena kantin sekolahnya akan tutup lebih lama, Wiwik hanya menilai, beralihnya usaha yang digelutinya juga merupakan hikmah dari pandemi Covid-19. Meski tidak lagi bisa berjualan di sekolah, ia masih bisa berjualan dengan sesuatu yang baru.
“Saya mengaggapnya, ini juga hikmah dari Covid-19. Saya bisa berjualan dengan menu baru. Soal hasilnya, Alhamdulillah, disyukuri saja,” tutupnya.