JOMBANG, KabarJombang.com – Kabupaten Jombang, rupanya memiliki banyak tempat bersejarah. Salah satunya, eks asrama Batalyon 503 Korem Mojokerto di Desa Denanyar, Kecamatan/ Kabupaten Jombang. Eks barak ini, dibangun pada 1948 atas perintah Jenderal Besar Soedirman.
Meski dalam perkembangannya, asrama ini kemudian digunakan sebagai Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T). Namun, tersimpan satu kisah berdarah yang melibatkan anggota TNI meninggal dalam tragedi penembakan tepat pada 17 Agustus 1968.
Mbah Kayat, seorang penjaga eks asrama TNI ini mengaku, masih ingat betul peristiwa penembakan yang menewaskan beberapa anggota TNI kala itu. Kejadian itu, katanya, masih hangat-hangatnya pembasmian PKI (Partai Komunis Indonesia).
“Saat itu ada salah satu tentara bernama Kopral Andi diduga melanggar atau melakukan kesalahan. Habis itu disel. Setelah itu karena mungkin dia stres, di pagi hari tiba-tiba mengambil pistol milik tentara jaga. Kemudian ditembakkan kepada pertama Peltu Romli sampai meninggal dan beberapa anggota yang jaga,” ceritanya pada tim “Jombang Bukan Misteri” KabarJombang.com.
Usai menembak sejumlah anggota TNi, Kopral Andi pun melakukan bunuh diri dengan melepaskan tembakan melalui mulutnya. “Saat itu langsung dikepung, karena mungkin ketakutan atau bagaimana, langsung bunuh diri, dengan menembakan pistol ke dalam mulutnya. Ia pun meninggal,” lanjutnya.
Bicara tentang misteri, Mbah Kayat mengaku kawasan eks asrama Batalyon seluas sekitar 18 hektar ini menyimpan kekuatan gaib paling tinggi. “Kalau bicara gaib, di sini memang besar. Sempat diadakan program uji nyali salah satu stasiun televisi. Pokoknya, kalau masalah gaib di sini tempatnya,” jelasnya.
Selain di sejumlah titik bangunan tua, kata Mbah Kayat, kekuatan gaib terasa kuat berada di eks gudang penyimpanan amunisi. Letaknya, sebelah timur dari pintu masuk utama eks asrama. Sejauh sekitar 1 kilometer-an.
“Letaknya agak jauh dari asrama. Kalau soal mistis, di sini banyak ular gaib. Tapi semua tempat pasti ada. Yang bisa melihat ya mereka yang memiliki suatu kelebihan. Tapi kalau kita tidak menganggu ya nggak masalah,” ungkapnya.
Rupanya, ruangan tersebut tidak tinggi sejajar dengan lokasi luar. Terdapat anak tangga yang harus dilalui untuk bisa masuk ke dalam. Namun, hal itu tidak memungkinkan, kaena ruangan ini tergenang air setinggi setengah meter-an.
Aroma mistis begitu terasa di eks gudang penyimpanan amunisi ini saat berkunjung malam hari. Menurut mbah Kayat, di lokasi inilah, kerap dijadikan tempat ritual.
Selain menjadi gudang penyimpanan amunisi, tempat ini juga dipercaya sebagai tempat penympanan pusaka zaman kerajaan Majapahit.
“Dulunya, ada cerita pada zaman kerajaan Majapahit banyak peninggalan di sini. Tapi tidak sembarang orang bisa mengambilnya,” tutup Mbah Kayat.