JOMBANG, Kabarjombang.com-Berbekal dedaunan dan bunga, Dwi Sabda Irawati (39), menjadikan kain dan kulit menjadi berlipat ganda nilai ekonomisnya.
Dedaunan dan bunga-bunga disulap sebagai bahan untuk memberikan corak pada kain dan kulit. Sehingga menimbulkan lukisan alami dari dedaunan dan bunga.
Berawal dari tidak sengaja yang kemudian menjadi hobi, ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Empu Nalar Nomer 10 Keluarahan Kepanjen, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang ini menekuni usaha di bidang natural tekstil dan kulit.
Dalam proses pembuatannya, Sabda menggunakan teknik ecoprint. Teknik ecoprint merupakan proses mencetak dengan menyertakan dedaunan dan bunga.
Sehingga menghasilkan kain dengan motif unik dan alami, warnanya pun lebih natural.
“Saya sudah dua tahun menekuni usaha ini,” terangnya kepada KabarJombang.com di butik miliknya, Kamis (30/7/2020).
Produk yang dihasilkan antara lain pakaian, syal, kerudung, tas, dan juga sepatu.
Kain yang diproduksi dengan teknik ecoprint ini memiliki proses yang cukup panjang. Mulai dari teknik mordan (mordanting) sampai dengan teknik dikunci atau fiksasi. Minimal proses pengerjaan 10 hari.
Sabda mengaku, tujuan utama menekuni bisnis ecoprint adalah pelestarian lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan pewarnaan menggunakan kunyit, mahoni dan pewarna alami lainnya.
Selain itu, ia juga menanam tumbuh-tumbuhan sendiri untuk bahan ecoprint di pekarangan depan rumahnya.
“Untuk daun yang digunakan sebagai motif itu ada daun jati, daun lanang, daun jarak dan bunga kamboja,” imbuhnya.
Tak disangka, usaha yang ia tekuni ini sudah sampai keluar negeri. Seperti Hongkong dan Malaysia. Dalam waktu dekat ini ia berencana mengekspor ke India.
Sebelum pandemi, dalam satu bulan omzet yang didapat sekitar Rp 20 juta. Sedangkan kala pandemi Corona, omzet sekitar Rp 10 juta.
Tak cukup puas dengan dedaunan dan bunga, Sabda melakukan inovasi baru dengan membuat model sepatu yang dikombinasi tumbuhan eceng gondok.
“Banyak orang mengganggap eceng gondok sebagai tanaman pengganggu. Jadi saya ingin coba menaikkan kelasnya dengan membuat sepatu berbahan eceng gondok,” tuturnya.
Memanfaatkan media dan teknologi, ibu paruh baya ini menjual dagangannya di marketplace dan juga sosial media. Selain itu ia bekerjasama dengan Mirota (pusat kerajinan dan oleh oleh) di Surabaya.
Harga pakaian yang ia dipatok mulai berkisar Rp 250 ribu sampai Rp 1,2 juta per item. Sedangkan harga sepatu ecoprint dibanderol sekitar Rp 200 ribu. Guna menembus masyarakat kelas menengah ke bawah, Sabda meluncurkan produk tote bag, pounch bag, dan t-shirt (kaos) dengan harga di bawah Rp 100 ribu.(CW2)