JOMBANG, (kabarjombang.com) – Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko, menginstruksikan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Jombang, merazia warung remang-remang yang ada di Jombang. Pasalnya, warung remang-remang yang identik dengan aktivitas penyedia jasa esek-esek menjadi sarang utama penyebarab virus HIV/AIDS di Kabupaten Jombang.
Instruksi itu bukan tanpa sebab, tepat sehari sebelum hari AIDS se-dunia 1 Desember 2015, Kabupaten Jombang mencatatkan diri di peringkat kedua jumlah penderita HIV-AIDS terbanyak se-Jawa Timur.
“Informasi yang kami terima, memang ada kafe-kafe tempat bertemunya komunitas sesama jenis. Ini perlu kami waspadai. Untuk itu saya instruksikan Satpol PP memantaunya. Target 2016 kami berupaya mengurangi,” kata Bupati Nyono, usai acara peringatan hari AIDS se dunia di pendopo Kabupaten Jombang, Selasa (1/12/2015) pagi.
Sumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, sejak tahun 1999 hingga Oktober 2015, tercatat 857 orang positif HIV-AIDS. 34 persennya atau sekitar 291 orang merupakan pria yang tertular virus HIV melalui hubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) di warung remang-remang. Pria hidung belang menularkan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia itu ke pasangannya. Akibatnya, sebesar 24 persen atau 205 penderita HIV-AIDS merupakan kalangan ibu rumah tangga.
“Sedangkan wanita pekerja seks komersial menduduki peringkat ketiga yakni sebesar 11 persen atau 94 orang. Kaum gay atau pria penyuka sesama jenis sebesar 8 persen atau sekitar 68 orang,” tambahnya.
Menghadapi ini, Bupati mengaku menyiapkan sejumlah langkah pencegahan penularan HIV/AIDS. Salah satunya membentuk Forum Penanggulangan AIDS (FPA). “FPA dibentuk di tiap desa, beranggotakan 5 orang untuk membantu mendeteksi dini penderita HIV-AIDS,” jelas Bupati Nyono.
Sementara, penyebaran orang dengan HIV-AIDS (ODHA) hampir merata di 21 kecamatan. Sedangkan untuk peringkat pertama tertinggi yakni Kecamatan Jombang Kota, dengan jumlah ODHA mencapai 98 orang. Disusul Kecamatan Diwek, Mojoagung, Sumobito, dan Kabuh, masing-masing 93, 67, 57, dan 54 orang.
“Harapan kami agar desa-desa melakukan langkah penanggulangan yang sama. Kami support dengan alokasi dana desa (ADD), nanti alokasi anggarannya kami serahkan ke setiap desa,” ujarnya.
Kasus penularan HIV/AIDS ke balita di Kabupaten Jombang juga cukup mengkhawatirkan. Sedikitnya 5 anak usia dibawah 4 tahun mengidap HIV. Untuk mencegah penularan ke balita, lanjut Nyono, voluntary conseling test (VCT) digalakkan menyasar 7.000 ibu hamil di Kabupaten Jombang. Sayangnya, upaya itu terganjal terbatasnya reagen untuk tes VCT.
“Kami usulkan untuk menambah jatah reagen dari pemerintah pusat. Juga kami minta RSUD untuk mendukung dana,” cetusnya.
Selain itu, Nyono juga mewacanakan untuk menggalakan VCT terhadap calon pengantin baru. Upaya itu juga untuk mencegah penularan HIV/AIDS ke pasangan dan anak. Dia menargetkan VCT pra nikah itu bisa berjalan 2016 nanti. Pihaknya berjanji proses sosialisasi akan digalakkan melalui Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang akan berjalan hingga Januari 2016.
“Untuk mencegah penularan ke pasangan dan anak yang dikandung nanti. Kami akan gandeng Kemenag hingga Kaur Kesra di tingkat desa untuk melakukan upaya itu (VCT,Red) sebelum dilakukan akad nikah,” pungkas Nyono. (ari)