KABARJOMBANG.COM – Dalam tahapan debat publik 3 Pasangan Calon (Paslon) Cabup-Cawabup Jombang, yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPUP) Jombang, pada Sabtu (12/5/2018) malam, terjadi perdebatan panas, antara ketiga calon saat sesi tanya jawab yang diberikan.
Seperti perdebatan panas antara Paslon nomor urut 2, Nyono Suharli Wihandoko-Subaidi Muktar, dan Paslon nomor urut 3 Syafiin-Choirul Anam. Dalam perdebatan tersebut, Paslon nomor urut dua yang diwakili Subaidi Muktar menyebut, salah satu program Juling (Jumat Keliling) milik Paslon nomor urut dua, adalah program aneh.
“Anda tadi menyebut-nyebut program Jumat Keliling (Juling). Yang saya dengar dari argumen anda adalah, Juling merupakan salah satu program upaya untuk pemberdayaan pesantren. Tetapi, kami agak aneh dengan program anda, karena apakah Jumat Keliling itu kaitannya dengan pemberdayaan pesantren yang anda maksud. Itu kira-kira program seperti apa, karena saya tidak melihat relevansi adanya program Jumat Keliling dengan program pemberdayaan pesantren,” ujar Subaidi, saat melempar pertanyaan kepada Syafiin dalam debat publik, di Gedung Pabrik Gula Jombang Baru, Sabtu (12/5/2018).
Menanggapi hal tersebut, Cabup Syafiin menjelaskan, bahwa program Juling yang dirinya maksud adalah untuk meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan, serta keharmonisan gotong-royong sesama umat beragama.
“Dengan adanya program tersebut, saya berharap bisa mengetahui sendi-sendi masyarakat di tingkat bawah. Bagaimana seorang bupati bisa melihat hal itu, jika tidak turun langsung. Sehingga, kita bisa mengakomodir keinginan masyarakat tingkat bawah. Dan tidak ada kesenjangan antara pondok yang besar dan pondok kecil, serta masjid yang besar dan masjid kecil,” jelas Syafiin.
Menurut Subaidi, ada perbedaan konsepsi yang agak mendasar antara Paslon dua dengan Palson tiga, terhadap prospektif peningakatan pesantren.
“Beliau, saya tangkap hanya meletakkan satu kondisi, tapi tidak meletakkan pesantren sebagai agen komunitas sosial agama kemasyarakat untuk mendorong kemasyarakatan. Jadi hanya pemanis saja. Jadi, itu yang saya tangkap dari progran Juling yang anda disampaikan,” ungkap Subaidi.
Menjawab hal itu, Syafiin menyampaikan rasa kasihan terhadap Paslon nomor urut dua, karena harus menanggung beban pemikiran sendiri. Pasalnya, Cabup Syafiin menyinggung pasangannya tak ikut dalam debat.
“Saya kasihan sama pak Subaidi, karena harus menanggung beban yang ada. Karena paslon satunya tidak ada. Untuk itu, saya mengatakan bahwa beda pendapat itu boleh-boleh saja. Untuk itu, Pak Subaidi, setelah acara ini, saya akan ajak Pak Subaidi untuk diskusi, agar tahu bagaimana caranya membangun pesantren yang modern itu bagaimana,” katanya.
Sontak saja, hal ini membuat moderator meminta agar para Paslon tak menyinggung persoalan pribadi Paslon lain. “Harap Paslon tidak menyinggung pribadi paslon lain, ” ujar moderator saat menghentikan perdebatan.
Dalam debat publik episode pertama, tampak dihadiri ketiga paslon, yakni Paslon nomor urut 1 Mundjidah dan Sumrambah, Paslon nomor urut 2 yang hanya dihadiri Subaidi Muktar, serta Paslon nomor urut tiga Syafiin dan Choirul anam. (ari/kj)