Wow, Para “Jago Kades” Dapat Nilai Tinggi di Ujian Calon Perangkat Desa

Suasana menjelang pengumuan hasil tes.perangkat desa untuk sejumlah Kecamatan di Kabupaten Jombang di Univirsitas 17 Agustus (Umtag) Surabaya, Kamis (8/9/2020).
  • Whatsapp

KABUH, KabarJombang.com – Ujian berbasis CAT (Computer Assisted Test) bagi calon perangkat desa untuk 3 Kecamatan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, digelar di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, Kamis (8/10/2020). Di antaranya, Kecamatan Kabuh, Plandaan, dan Bandar Kedungmulyo.

Terdapat 5 desa di wilayah Kecamatan Kabuh yang mengikuti tes pengetahuan kali ini. Yakni Desa Sukodadi, Desa Kauman, Desa Karangpakis, Desa Genenganjasem, Desa Sumberaji. Untuk Kecamatan Plandaan hanya di 2 desa, yakni Desa Klitih dan Plabuhan. Sedangkan untuk Kecamatan Bandar Kedungmulyo yakni Desa Tinggar, Gondangmanis dan Banjarsari.

Baca Juga

Sementara, ada 4 tes yang diujikan. Di antaranya, tes intelegensi, kepribadian, kebangsaan dan tes kompetensi bidang.

Karena mekanismenya CAT, hasil tes langsung bisa terpantau. Berdasarkan informasi yang dihimpun, hasil ujian para calon perangkat desa yang “dijagokan” sang Kepala Desa (Kades), rata-rata meraih nilai tinggi.

Seperti calon perangkat berinisial KSP. Informasinya, KSP merupakan “jago” Kades Sukodadi. Meski berijazah Paket C, KSP mampu meraih nilai sejajar dengan calon perangkat lain yang berijazah sarjana strata satu, yakni 445.

Sementara untuk calon perangkat desa yang “dijagokan” Kades Karangpakis, yakni berinisial AS juga mendapatkan nilai tinggi yakni 430, draw atau sejajar dengan raihan nilai MS.

Sayangnya, Kades Sukodadi, Sukoyo saat dikonfirmasi terkait hal ini melalui saluran teleponnya, tidak ada jawaban dari seberang lawan bicara.

Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Jombang, Solahudin Hadi Sucipto mengatakan, pengisian perangkat desa merupakan tanggung jawa panitia di desa setempat. Pihaknya mengaku hanya melakukan pengawalan ujian saja. Tidak lebih.

Disinggung adanya indikasi permainan di balik pengisian perangkat desa, pihaknya menjawab tidak tahu. “Kalau ada yang memakai uang, kita tidak tahu apa-apa,” jawabnya saat mendampingi ujian calon perangkat di Untag Surabaya.

Kondisi ini, disorot pakar hukum asal Jombang, Dr A Sholikhin Ruslie. Menurutnya, isu adanya permainan dalam pengisian perangkat desa di wilayah Kecamatan Kabuh, tidak bisa dianggap sederahana, hanya karena persoalannya ada di ruang lingkup desa.

Pihaknya malah berpandangan, meski kelihatan sederhana dan berada di lingkup pemerintahan bawah, jika pun ada “permainan” di balik pengisian perangkat desa, tentu dilakukan secara sistematis.

“Dan ini, harus mendapatkan perhatian serius Bupati dan Wabup. Karena jika dibiarkan begitu saja, atau tidak ada investigasi lebih dalam, ini akan menjadi embrio persoalan lebih besar,” terangnya, Kamis (8/9/2020).

Sholikhin membenarkan jika isu tersebut sulit dibuktikan. Namun, katanya, kebenarannya juga bisa dirasakan. Kadang, kebenaran itu bukan hanya persoalan yuridis formil. Tapi persoalan rasa dan sesuatu yang tidak kasat mata.

“Sebut saja misalnya di Desa Sukodadi dan Karangpakis (keduanya berada di Kecamatan Kabuh), yang sudah santer menggelinding di publik. Bahkan isunya, agar lolos menjadi perangkat sampai ada isu angka ratusan juta. Dan hasilnya sangat mudah ditebak,” bebernya.

Paling mencolok, lanjut Sholikin Ruslie, pada ujian berikutnya. Di mana penilaiannya menjadi domain subyektif Kepala Desa (Kades). Di ujian ini, tidak ada terjadi kejutan berarti. Karena siapa yang akan terpilih menjadi perangkat desa, sudah kelihatan. Karena “dipersiapkan”.

“Sebut saja di Desa Sukodadi misalnya dan yang dijagokan Kades adalah berinisial KSP. Meskipun pada saat tes CAT nilainya draw atau sejajar dengan calon lain, ya pasti hasilnya mudah ketahuan. Jangankan draw, nilainya di bawah pun bisa dikatrol oleh nilai di saat ujian selanjutnya. Karena nilai di ujian ini menjadi domain subyektif Kades,” bebernya.

“Demikian juga di Desa Karangpakis. Kira-kira ya sama begitu. Sebenarnya, ini tidak boleh dianggap remeh atau sepela. Karena indikasi adanya permainan, dilakukan secara sistematis,” pungkasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait