WONOSALAM, KabarJombang.com – Berwisata tidak hanya tentang hiburan dan kegembiraan. Berwisata tidak hanya mengenalkan wahana-wahana yang ada, melainkan berwisata juga bisamemiliki fungsi tentang ilmu pengetahuan dan keberlangsungan sistem makhluk hidup.
Dusun Mendiro Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam Jombang, memiliki wisata yang berhubungan dengan keberlangsungan makhluk hidup, mulai dari manusia, hewan, dan tumbuhan. Wisata tersebut ialah Wisata Edukasi Konservasi Alam.
Wisata Edukasi Konservasi Alam ini, didirikan pada tahun 2010. Wisata tersebut diinisiasi oleh NGO ECOTON dan sekarang wisata tersebut dikembangkan oleh kelompok KTH KEPUH.
Wagisan selaku ketua KTH KEPUH menjelaskan alasan perlunya wisata berbasis konservasi karena pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup manusia, khususnya masyarakat Jombang.
“Wisata berbasis konservasi alam semacam ini sangat diperlukan, sebab wisata ini bukan hanya sekedar bersenang-senang, melainkan para tamu harus belajar bagiamana fungsi hutan bagi kehidupan manusia dan apa dampaknya apabila hutan di Wonosalam rusak,” jelasnya.
Ia menceritakan asal muasal wisata tersebut didirikan karena adanya penebangan hutan ilegal secara masif pada tahun 1998-1999. Akibat penggundulan debit air di Desa Panglungan dan Desa Sambirejo berkurang.
“Tahun 1998 sampai 1999 pernah terjadi penebangan hutan ilegal di hutan Mendiro. Masyarakat Panglungan dan masyarakat Sambirejo waktu itu pernah sampai konflik akibat debit air yang berkurang. Mereka berebut air untuk keperluan peternakan, pertanian, dan persediaan air minum atau keperluan sehari-hari. Maka kami KTH KEPUH bersama-sama menjaga alam atau hutan ini dengan mendirikan Wisata Edukasi Konservasi Alam,” ucapnya.
Wisata Edukasi Konservasi Alam memiliki rute perjalanan mulai dari Dusun Mendiro, kemudian masuk ke Hutan Mendiro, ari terjun selolapis, sungai boro, good view dan terakhir pantau burung rangkok.
Wagisan mewajibkan para tamu untuk menanam bibit pohon. KTH KEPUH menyediakan bibit pohon kayu dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, Perhutani Jombang, Cabang Dinas Kehutanan Nganjuk (CKD Nganjuk) dan kelompok-kelompok pemerhati lingkungan lainnya. Alasannya mewajibkan menanam bibit pohon ketika berwisata di Wisata Edukasi Konservasi Alam karena perlunya para tamu mengetahui cara menanam dan manfaat pohon bagi masyarakat maupun lingkungan.
“Saya mewajibkan para tamu untuk menanam bibit pohon terlebih dahulu karena mereka harus tahu cara menanam yang benar dan fungsi hutan bagi masyarakat hingga lingkungan, seperti manfaat hutan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat bisa memanfaatkan buah dari pohon yang kami tanam untuk dijadikan keperluan sehari-hari mereka, terlebih bisa membantu perekonomian mereka. Sedangkan fungsi pohon bagi lingkungan, pohon melalui akarnya bisa membantu penambahan debit air, pohon juga bisa mencegah erosi tanah hingga bencana. Maka para tamu harus mengetahui hal tersebut,” jelasnya.
Luas wilayah hutan dusun Mendiro kurang lebih 300 hektar termasuk hutan lindung yang dijadikan wisata konservasi. Wagisan turut memberikan perbandingan ketika sebelum adanya Wisata Edukasi Konservasi Alam dengan sesudah berdirinya Wisata Edukasi Konservasi Alam.
Perbandingan terlihat ketika banyak para tamu mulai dari siswa-siswi SD, SMA, SMP, mahasiswa, pegiat lingkungan atau komunitas lingkungan lain yang melakukan studi banding, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahkan terdapat tamu mancanegara seperti negara Yaman, Turki, Prancis, Nigeria dan Amerika. Adanya peningkatan masyarakat dalam memahami kondisi hutan hingga turut melestarikan hutan.
“Tentunya ada perbedaan sebelum adanya wisata tersebut. Sebelum terdapat wisata kegiatan penanaman dan perawatan hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Sedangkan, selepas adanya Wisata Edukasi Konservasi Alam pemerhati lingkungan mulai bertambah meliputi masyarakat luar Desa Panglungan. Mereka juga ikut melakukan penanaman, perawatan, dan penjagaan hutan secara bersama. Minimal mereka tahu bahwa hutan di Wonosalam khususnya Mendiro sangat penting dijaga bersama dari perbuatan oknum-oknum, dan orang yang tidak bertanggung jawab merusak hutan,”tegasnya.
Selain itu, Mikola bima Pradana salah satu wisatawan sekaligus siswa SMAN 2 Jombang yang sedang melakukan pembelajaran tentang konservasi hutan di Mendiro. Memberikan ketertarikannya terhadap pembelajaran langsung dilapangan seperti di hutan Mendiro. Keterkaitannya tidak lepas dari teori pembelajaran di Sekolah dengan pemantauan langsung di lapangan.
“Saya tertarik dengan pembelajaran langsung seperti ini. Pembelajaran tidak hanya teori yang ada di Sekolah, namun pemantauan langsung di lapangan seperti di hutan Mendiro akan lebih memberikan pemahaman dan pengaplikasiannya. Saya diberikan tugas Geografi untuk memantau kondisi hutan, mulai dari vegetasi yang ada, satwa, kondisi tanah dan bebatuan, serta fungsi hutan bagi masyarakat,”jelasnya.
Selama ia melaksanakan perjalanan bersama guide. Mikola Bima Pradana turut bertanya tentang tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Salah satunya yakni fungsi hutan bagi kehidupan sosial.
“Selama melaksanakan perjalanan saya bertanya dan diberikan arahan terkait hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan alam dan hutan. Hutan juga memberikan dampak bagi sosial karena hutan menurut pembelajaran yang saya peroleh dari guide mampu memberikan kehidupan bagi warga yang turut menjaga hutan. Minimal warga bisa hidup dengan mengandalkan kelestarian hutan,” pungkasnya.