Tembang Kenanga, Buku Puisi Karya Penulis Jombang, Tentang Kenangan Anak Desa

Foto: Garnis Danu Kusuma, penulis buku Tembang Kenanga
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Buku puisi dengan judul “Tembang Kenanga” karya Garnis Danu Kusuma, Pemuda asal desa Mancar, Peterongan, Jombang, tampu membawa kita pada kenangan masa kecil, atau biasa orang menyebut umur segitu lucu-lucunya anak.

Pada buku ini kita akan di buat bernostalgia, pada saat masih berusia bocah ingusan yang tinggal di sebuah desa. Penulis berhasil mengajak pembaca kembali ke masa lampau, melalui sebuah tulisan-tulisan berbentuk puisi ringan.

Baca Juga

Garnis sebutan akrab penulis buku ini, banyak menghadirkan permainan tradisional dan aktivitas yang dulu saat kecil sering dilakukan. Dimana hal tersebut sudah jarang terlihat pada anak zaman sekarang. Cerita masa kecilnya yang penuh dengan kenangan tersebut, bertambah menarik untuk dibaca karena dikemas dalam bahasa yang indah serta penuh dengan makna.

Salah satu isi buku tembang kenanga yang berkisah tentang permainan tradisional pada masa anak-anak adalah seperti berikut.

PETAK UMPET

Kawan kalah maka harus jaga
Pejamkan mata sandarkan wajah
Hitungan yang menentukan takdir dimulai

Satu dua tiga
Semua masih jelalatan di mana tempat rahasia

Empat lima enam tujuh
Ada yang di ubun-ubun pohon
Ada yang di pantat rumah
Dan ada yang berlari saja tanpa jeda

Delapan sembilan sepuluh
“Col gak col tak goleki”
Dimulai mencari kawan dengan bertalu-talu
Menolak jadi lagi atau cari hingga ketemu.

Selain dari cerita dolanan masa kecil, Ia juga bercerita mengenai tahapan hidup yang dialami oleh semua laki-laki muslim.

MEMANEN MASA DEPAN

Umur telah naik menanjak
Semua kawan sudah beranjak
Keluarga menyuplai tawaran
Dibawa lah ke rumah sakit jantung kota

Nyali berada di ujung jarum suntik
Gunting dilihat sudah seperti sebuah badik
Merasa waktu yang kian mencabik
Tak terasa kucur terpotong bagai digelitik

Rumah menjadi ramai warga
Jajanan lemper, gethuk, kelpon juga menyapa
Doa-doa dilantunkan
Sebagai rasa syukur dan kesuksesan di masa datang.

“Tidak hanya itu, buku ini saya buat juga dengan kisah tentang duka lara, kekeluargaan yang dapat membuat para pembaca terhipnotis. Saya berusaha membuat seolah-olah pembaca ikut merasakan cerita yang saya tulis di buku ini,” kata Garnis.

Seperti pada judul salah satu isi pada buku ini “Amarah bapak” yang mempunyai makna bahwa semarah apapun seorang bapak kepada anak yang identik dengan sikap bandel. Ia akan tetap mempunyai welas asih yang tidak ternilai, seorang bapak hanya akan sekedar membentak dan merenggut keberanian tanpa main fisik sekecil apapun kepada anaknya yang ia didik dengan sepenuh hati.

“Saya mulai tertarik pada puisi sejak duduk di bangku SMA. Secara serius saya terus membangun pondasi-pondasi psikologis dan cara berfikir sampai saat ini,” terang pemuda kelahiran 1999 tersebut.

Kemudian setalah lulus SMA Garnis memilih untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP PGRI Jombang), yang sekarang menjadi Universitas PGRI Jombang (UPJb), pada program studi Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2019.

“Selama saya berada di perguruan tinggi, proses saya belajar tidak hanya berhenti pada dinding kelas saja. Tetapi lebih jauh lagi saya keluar dari zona nyaman, dengan mengembangkan literasi dan relasi sebanyak-banyaknya yang bisa saya tangkap,” ungkap pria asal Mancar, Peterongan tersebut.

“Sampai pada tahun 2020 dalam proses saya kuliah, di bawah asuhan sosok akademisi sastra bernama Anton Wahyudi, M. Pd. Saya terpacu untuk menciptakan Antologi Puisi pertama dengan judul Tembang Kenanga,” jelasnya.

Secara garis besar, buku dengan 56 halaman tersebut mengajak pembaca untuk mengenang masa-masa kecilnya di pedesaan dengan puisi-puisi ringan yang enak untuk dibaca. (Kevin Nizar)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait