JOMBANG, KabarJombang.com – Lebih dekat dengan tokoh pesantren Kabupaten Jombang lewat pemikiran, Aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jombang galakkan kelas pemikiran.
Seperti diketahui, Kabupaten Jombang merupakan tempat lahirnya para tokoh pesantren dan sekaligus tokoh nasional terkemuka. Sudah banyak tokoh yang lahir di Kota Santri dan meninggalkan jejak perjuangan untuk Bangsa Indonesia.
Jika mendengar kata Kabupaten Jombang, beberapa tokoh ini pasti terlintas di kepala, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Bisri Syansuri, KH Wahab Chasbullah dan KH Romly Tamim.
Sebenernya masih banyak lagi tokoh dari Kabupaten Jombang yang malang melintang di kancah nasional. Sebab itu, untuk lebih mengenal dekat keempat tokoh pesantren itu, aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jombang menggelar kelas pemikiran tokoh pesantren Jombang.
Kelas pemikiran ini diawali di Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari pada Jumat (1/12/2023). Menurut Ketua Pengurus Cabang (PC) PMII Jombang, Rizal Abdillah, diadakannya kelas pemikiran ini untuk mengenal lebih dekat para tokoh pesantren lewat jalur pemikirannya.
Dengan menelaah dan mengkaji buah pemikiran para tokoh ini, ia berharap mampu menambah daya kritis anggota dan kader dalam menghadapi situasi yang tidak menentu saat ini.
“Kita tidak bisa memungkiri bahwa PMII merupakan wadah kader muda NU untuk terus bergerak, mengabdi. Dengan menelaah dan mengkaji pemikiran para tokoh pesantren di Jombang yang juga tokoh NU,” ucapnya saat dikonfirmasi.
Pria yang identik berkacamata asal Bekasi ini menuturkan, kelas pemikiran ini bukan sekedar acara formal biasa, melainkan ada beberapa materi yang diberikan kepada para audiens, mulai dari sejarah pada tokoh, akar perjuangan, hingga jejak pemikirannya untuk bangsa.
Materi-materi itu pun diberikan oleh narasumber yang memang sudah ditunjuk oleh pihak penyelenggara, dalam hal ini PC PMII Jombang.
Lebih lanjut, Rizal menjelaskan, pada Kelas Pemikiran Tokoh Pesantren yang mengkaji pemikiran KH Hasyim Asy’ari kali ini, ia menuturkan ada empat pilar pemikiran inspiratif yang ia tangkap.
Pertama, KH Hasyim Asy’ari menekankan pentingnya perkumpulan atau organisasi (al-ijtima’). Di tengah-tengah era globalisasi yang serba cepat dan penuh tantangan, umat Islam memerlukan sebuah wadah yang solid.
“Organisasi bukan hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi lebih dari itu, menjadi benteng pertahanan dalam menjaga aqidah dan syariat Islam,” ujarnya.
Kedua, pendiri Pesantren Tebuireng Jombang itu mengingatkan pentingnya saling mengenal (at-ta’aruf). Dalam masyarakat yang majemuk dan beragam.
“Yang ketika adalah persatuan (al-ittihad). Persatuan bukan hanya sekedar slogan yang sering diucapkan, tetapi menjadi kunci utama dalam menjaga keaslian ajaran Islam,” katanya.
Kemudian yang keempat adalah kekompakan (at-ta’alluf). Lebih dari sekadar jumlah, kekompakan menekankan kualitas hubungan antar anggota.
Dengan kekompakan, dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan yang diharapkan akan lebih efektif dan efisien.
“Kelas pemikiran ini adalah awal, dan kedepan akan ada lagi, berjenjang. Untuk hari ini kami mengkaji pemikiran KH Hasyim Asy’ari, selanjutnya ada sosok KH Bisri Syansuri, KH Wahab Hasbullah, dan juga KH Romli Tamim,” katanya.
Nantinya, kelas pemikiran ini akan digilir ke tempat berbeda. Tempatnya juga menyesuaikan dari masing-masing nama tokoh dan letak pondok pesantrennya.
“Kelas pemikiran KH Bisri Syansuri akan dilaksanakan di Pondok Pesantren (PP) Mamba’ul Ma’arif Denanyar. Selanjutnya KH Romli Tamim di PP Darul Ulum Rejoso. Dan yang terakhir adalah KH Wahab Hasbullah akan dilaksanakan di PP Bahrul Ulum Tambakberas,” ungkapnya.
Selain itu, adanya kelas pemikiran ini juga sebagai langkah dari pihaknya untuk memperkuat relasi dengan pondok pesantren yang ada di Kabupaten Jombang.
“Kami PMII dan kami NU. Maka sudah menjadi tanggung jawab kami untuk terus memperjuangkan nilai-nilai NU lewat jalur PMII. Maka dari itu, kelas pemikiran tokoh pesantren ini hadir sebagai wadah, untuk bersama menyebarkan pemikiran dan nilai perjuangan para tokoh terdahulu, dan kami meyakini Pondok Pesantren bisa menjadi tempat belajar terbaik bagi anggota dan kader kami,” jelasnya.