JOMBANG, KabarJombang.com – Untuk melestarikan musik keroncong agar tidak punah ditelan zaman, melatar belakangi terbentuknya Komunitas Keroncong Anak Jombang (KKAJ) yang pada 2010 mulai dirintis oleh Achmad Yani yang biasa dipanggil Yeyen.
Sedangkan resmi sebagai komunitas Berdiri di Jombang pada 2012. Komunitas KKAJ setiap sore mengadakan latihan musik keroncong di Perumahan Cacat Veteran no.1, Kelurahan Jombatan, Kecamatan Jombang.
“Pertama saya belajar biola dulu mas, dan ini alat musik yang paling sulit dipelajari,” kata Yeyen. Bahkan masih menurut Yeyen, bila dirinya harus mendatangkan guru musik untuk mengajari anak-anak bermain musik keroncong.
Dengan semangat yang tinggi, setelah 2 tahun latihan, akhirnya KKAJ mendapat kesempatan manggung kali pertama dari Pemkab Jombang untuk menyajikan musik keroncong. “Akhir tahun 2012 KKAJ dapat utusan dari Bupati untuk ke Jakarta, dan membuat nama KKAJ itu,” lanjut Yeyen.
Masih menurut Yeyen bila KKAJ sudah banyak mengikuti event tingkat provinsi dan nasional, bahkah sampai menjadi nominasi 10 besar dalam ajang pencarian bakat di televisi swasta. “Kalau awalnya KKAJ itu kelompok dari SD sampai SMA, banyak sekolah-sekolah yang minat untuk dijadikan eskrakulikuler di sekolah-sekolah yang ada di Jombang,” tambah Yeyen.
Dipaparkan Yeyen, sekolah tersebut yakni SMAN 1 Jombang, SMAN 2 Jombang, SMAN 3 Jombang, SMAN 1 Jogoroto, SMK PGRI 1 Jombang, SMPN 1 Jombang, SMPN 2 Jombang, SMPN 3 Jombang. Sedangkan untuk tingkat SD memang di sanggar KKAJ ini, ada 7 grub yang gabung dalam Komunitas Keroncong Anak Jombang.
Sedangkan pretasi yang berhasil disabet KKAJ, di antaranya tahun 2021 prestasi KKAJ sebagai juara 2 UNAIR tingkat nasional, juara 1 UNESA tingkat nasional, Juara 3 Indra Utami Tamsir. Sebelum tahun 2021 KKAJ juga banyak memperoleh prestasi lainnya di tingkat provinsi dan nasional.
Begitu juga dari setiap generasi sekolah yang ikut ekstrakuller KKAJ sudah banyak, SMAN 1 Jombang 5 generasi, SMAN 2 Jombang 8 generasi, SMAN 3 Jombang 5 generasi.
Terkait dukungan pemerintah, Yeyen menjelaskan bila tidak ada. “Mulai dulu hingga sekarang tidak ada support, kami mandiri, kami juga menyadari urusan pemerintah tidak hanya 1 komunitas saja, paling ya waktu 17 Agustus diundang untuk memeriahkan,” tegas Yeyen.
Sebagai pegiat musik keroncong, Yeyen berharap agar musik keroncong bisa dikenal banyak orang lagi, tidak punah, lebih diekspos lagi. “Musik keroncong kalah sama musik tiktok, sebenarnya kita punya dasar dan power luar biasa di musik keroncong, cuman minatnya orang-orang kurang disebabkan tidak ada regenerasi, itu yang saya lalukan agar anak-anak muda tahu musik keroncong,” pungkas Yeyen.
(Mg1)