Dengan mematuhi protokol kesehatan, kegiatan tradisi clorotan di makam sesepuh Dusun setempat berjalan dengan aman dan lancar.
Tokoh masyarakat setempat, Lewi mengatakan jika pelaksanaan itu diselenggarakan sekali selama setahun.
“Kegiatan ini rutin dilakukan pada bulan 11 atau 12, sekali dalam setahun. Bedanya kalau dengan tahun-tahun sebelumnya, sekarang ini masa pandemi dan harus memakai masker selama kegiatan berlangsung,” ujarnya kepada KabarJombang.com.
Tujuan sebenarnya dari pelaksanaan yang dimaksud, pria yang berusia 77 tahun ini mengatakan guna menangkal musibah terhadap para petani di wilayah kampung setempat.
“Dulu sempat ada kejadian sekitar tahun 51-an, petani disini kesambar petir saat di sawah. Nah dari kejadian itu, dan pas tahun itu saya sudah mengikuti tradisi Clorotan ini,” jelas pria yang kerap disapa Mbah Lewi saat ditemui.
Tradisi ini menurutnya juga merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang setempat, yang dipercayai sebagai perantara untuk menangkal bencana seperti petir kepada petani saat berada di sawah.
“Untuk kue-kue dalam tradisi ini beragam. Seperti kue clorotan, brondong, pasung, dan jajan pasaran. Kue clorotan ini terbuat dari tepung beras yang dibungkus dengan janur dan daun nangka,” katanya.
Sementara itu, dari pelaksanaan tersebut pihaknya berupaya agar kedepannya petani atau warga Dusun setempat selalu diberikan kesehatan dan keselamatan.
“Harapannya semoga sama-sama selamat dan selalu diberikan kelancaran dalam usahanya. Dan juga semoga selama musim tanam ini kedepannya, selalu diberikan kecukupan,” imbuhnya sembari memungkasi.
Berdasarkan pantauan KabarJombang.com di lokasi setempat, sekira mulai pukul 09.00 WIB tampak puluhan warga setempat dengan memakai masker berjalan menyusuri jalan ke kuburan sesepuh Dusun setempat.
Dengan membawa beberapa sesajen berupaya beragam macam makanan tradisional, warga setempat berkumpul dan melakukan doa dan tahlil bersama.