JOMBANG, Kabarjombang.com – Usai menginjakkan kaki selama 11 hari dan mentas Tong Tong Fair Den Haag, wayang potehi Gudo kembali Jombang dan meninggalkan perlengkapan wayang di Belanda.
Kembalinya tim Wayang Potehi Gudo pada Jumat (16/9/2022) dirayakan dengan syukuran. Hal itu dilakukan sebagai rasa syukur, karena wayang Potehi akhirnya bisa mentas di panggung internasional.
Pimpinan Paguyuban Wayang Potehi Fu He An Gudo, Jombang, Toni Harsono mengatakan, mereka kembali ke Kota Santri dengan meninggalkan seluruh perlengkapan main di museum.
“Jadi memang selesai acara, mulai dari perangkat, panggung, wayang, kotak wayang dan alat-alat musiknya saya tinggal di museum Leiden sana di Den Haag, Belanda diwakili ibu Dr. Francine Brinkgreve. Dia adalah kurator khusus untuk seni budaya dari kawasan Asia Tenggara,” ucapnya.
Perlengkapan main wayang Potehi itu memang sengaja di sumbangkan olehnya. Hal itu memang sering ia lakukan saat selesai mentas. Hal itu dia lakukan, agar seluruh peralatan wayang Potehi yang disumbangkan bisa menjadi kenang-kenangan.
“Juga supaya orang luar negeri bisa mengetahui bahwa ada budaya wayang Potehi di Indonesia,” ujarnya.
Tim Wayang Potehi Gudo, Jombang ini sendiri berada di Negeri Kincir Angin dari tanggal 1 hingga 12 September 2022. Kelompok wayang potehi Jombang ini memberangkatkan 8 orang. Selama di negara kincir angin itu.
“Kami senang bisa menjadi salah satu wakil Indonesia menampilkan wayang potehi di sana,” ujar Toni.
Saat hadir dalam acara syukuran tersebut, ketua tim penggerak PKK, Wiwin Sumrambah, mengucapkan apresiasinya pada tim potehi Gudo. Menurutnya mereka adalah para penjaga seni budaya Jombang yang harus terus didukung.
“Saya mengapresiasi betul bagaimana cara wayang Potehi ini bertahan untuk memperkenalkan bagaimana karakteristik yang ada dalam setiap penampilannya,” katanya.
Wiwin melanjutkan, sejatinya wayang Potehi ini bukan budaya asli Jombang, melainkan pendatang dari Tiongkok. Namun, yang harus di garis bawahi ialah bagaimana wayang Potehi ini masuk dan ikut memperkenalkan budaya.
Bagaimana memperkenalkan budaya lewat karakter, hubungan manusia antar manusia dan melihat pesan dari setiap cerita wayang yang sudah pasti mempunyai sebuah makna tuntunan hidup.
“Namanya sebuah pertunjukan itu pastinya ada tontonan, tuntunan dan tatanan. Tiga hal inilah yang mempunyai tujuan baik kepada masyarakat dan bagaimana potehi ini memberi warna bagi masyarakat Jombang tentang tuntutan hidup. Terutama kata-kata yang selalu diucapkan Gus Dur yaitu Pluralisme,” jelasnya.