NGORO, KabarJombang.com – Jemaat Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Ngoro menggelar riyaya unduh-unduh, Minggu (18/5). Acara tersebut menekankan pentingnya rasa syukur terhadap keberkahan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia.
Arak-arakan Riyaya Unduh-unduh disambut meriah oleh jemaat GKJW Ngoro dan masyarakat Ngoro. Acara arakan bangunan persembahan dimulai pukul 06.00 WIB di depan Klinik Praktik Mandiri Ngoro dan berakhir di halaman GKJW Ngoro.
Tema Riyaya Unduh-unduh kali ini adalah budaya syukur dalam aksi dan tutur. Tema tersebut menekankan pentingnya rasa syukur atas segala rezeki.
Tri Pitoyo, ketua panitia unduh-unduh GKJW Ngoro Jombang menjelaskan alasan pemilihan tema tersebut. Terdapat perpaduan antara budaya lokal dengan perayaan unduh-unduh.
“Tema budaya syukur dalam aksi dan tutur kami ambil dari budaya lokal. Hal itu kami lakukan sebagai bentuk ucapan syukur dengan mengkombinasikan rasa syukur dengan budaya kami yakni budaya Jawa. Terdapat kata tutur dalam tema tersebut. Kata tutur menggambarkan kami sebagai umat Jamaat GKJW Ngoro selalu bersyukur atas semua yang diberikan oleh Tuhan,” jelasnya.
Arakan unduh-unduh diikuti oleh 3 wilayah jemaat GKJW Ngoro. Masing-masing wilayah membawa bangunan persembahan dan hasil bumi berupa padi, singkong, dan hasil bumi lainnya.
“Arakan ini diikuti oleh 3 wilayah jemaat GKJW Ngoro. Wilayah tersebut antara lain wilayah Ngoro yang disebut galatia, kemudian filipi meliputi wilayah Sedati, Krenggan, Ngepeh, Genukwatu, Dan wilayah filadelfia meliputi desa Kupang dan Tebel. Masing-masing wilayah membawa hasil panen mereka dan hasil bumi mereka untuk di arak menuju GKJW Ngoro,”ucap Tri Pitoyo.
Isi hasil bumi yang mereka bawa sesuai dengan background profesi mereka. Mulai dari padi sampai polo pendem juga turut mereka arak menuju lokasi finish rute arakan Riyaya Unduh-unduh.
“Jadi macam-macam jenis yang mereka bawa. terdapat jemaat berprofesi sebagai petani dan ada yang pegawai. Kalau yang berprofesi sebagai petani atau memiliki lahan pertanian mereka akan membawa hasil panen mereka seperti padi dan umbi-umbian (polo pendem). Kemudian bagi jemaat yang berprofesi sebagai pegawai mereka memberikan tenaga dari hasil kerja mereka karena mereka mendapatkan berkat atas pekerjaan tersebut. Intinya acara ini bukan hanya diikuti oleh jemaat yang berprofesi sebagai petani, melainkan semua jemaat termasuk yang berprofesi sebagai pegawai turut memberikan rasa syukurnya,”ucap Tri Pitoyo.
Terdapat korelasi antara proses para petani dengan konsep unduh-unduh yang digunakan oleh GKJW Ngoro. Korelasi tersebut berhubungan dengan sejarah awal mula persembahan rasa syukur yang diberikan kepada Dewi Sri, namun saat ini persembahan rasa syukur dirubah kepada Tuhan.
“Hasil sejarah dulu yang dimulai dari Mojowarno. Jadi dulu pada awalnya para petani mempersembahkan untuk Dewi Sri. Intinya Dewi yang memberikan berkat atas padi tersebut. Kemudian saat ini kami rubah untuk mempersembahkan kepada Tuhan. Adanya gabungan budaya Jawa dengan iman kristen, sehingga saat ini persembahan ucap syukur kami ucapkan kepada Tuhan,”jelas Tri Pitoyo.
Hasil bumi yang diarak dalam acara Riyaya Unduh-unduh akan diadakan penjualan sesuai lebel harga. Pelelangan ini berbeda dari yang lain karena hasil bumi yang akan di lelang sudah diberikan label harga, sehingga para Jemaat yang ingin membeli bisa langsung membeli sesuai dengan harga label.
“Hasil bumi akan kami berikan harga label atau harga yang sudah tertera di label. Jadi para jemaat yang ingin membeli hasil bumi tinggal membeli sesuai harga di label,”pungkasnya.
Hasil pendapatan dari penjualan hasil bumi akan dimasukkan ke kas GKJW Ngoro sebagai biaya operasional GKJW Ngoro.