Grup Medsos Komunitas Waria dan Gay Mojokerto-Jombang Aktif di Facebook, Bikin Resah Warga

Foto : Penampakan grub facebook komunitas waria dan gay Mojokerto dan Jombang dan postingannya yang aktif diikuti ribuan anggota. (Istimewa)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Sebuah grup Facebook bernama Komunitas WARIA dan GAY Mojokerto-Jombang menarik perhatian publik setelah diketahui telah memiliki lebih dari 4.800 anggota. Grup ini bersifat publik dan terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung, khususnya bagi komunitas waria dan gay di wilayah Mojokerto dan Jombang.

Grup tersebut menjadi ruang digital bagi para anggotanya untuk berbagi cerita, informasi kegiatan sosial, pertemuan komunitas, hingga diskusi seputar isu-isu hak dan keberagaman gender. Dari tampilan grup, terlihat atmosfer inklusif dengan ilustrasi cerah yang menggambarkan kerja sama dan kebersamaan antar anggota.

Baca Juga

Fitur-fitur seperti forum diskusi, obrolan grup, album foto, serta unggahan acara dimanfaatkan secara aktif oleh para anggota. Komunitas ini juga tampak menjalin solidaritas antar individu dengan latar belakang dan orientasi seksual yang beragam.

Diketahui postingan terakhir di grub tersebut terjadi pada pukul 10.00 WIB, Senin (7/7/2025) dengan caption menyebutkan nama daerah dan nomer telpon “mojokerto, 0831431xxxxx,” tulis caption dalam postingan tersebut yang dengan menunjukkan foto selvi.

Namun, eksistensi grup ini menuai respons beragam dari masyarakat. Ayu, seorang warga Jombang, mengaku merasa resah dengan keberadaan komunitas tersebut.

“Menurutku, grup seperti itu lebih banyak mudharatnya. Bahkan bisa mencoreng nama Kabupaten Jombang yang dikenal sebagai kota santri,” ujarnya.

Ia berpendapat bahwa keberadaan komunitas seperti itu muncul karena adanya kebutuhan kasih sayang dan hasrat yang tidak tersalurkan dengan baik.

“Seharusnya sejak awal, keluarga memberi edukasi sedini mungkin. Dan kalau pun sudah terlanjur, harus ada arahan agar tidak sampai terlalu jauh melenceng,” tambahnya.

Ayu juga menyampaikan pesan kepada anggota grup agar memanfaatkan wadah komunitas tersebut untuk hal-hal yang lebih positif.

“Gunakan untuk diskusi yang bermanfaat, bukan sebagai tempat menyalurkan hasrat, apalagi yang sesama jenis,” tegasnya.

Meski menuai pro dan kontra, keberadaan komunitas digital ini mencerminkan dinamika sosial yang semakin terbuka terhadap isu keberagaman. Fenomena ini menjadi cerminan bahwa ruang-ruang daring telah menjadi wadah ekspresi identitas dan solidaritas antaranggota masyarakat, termasuk dari kelompok minoritas gender dan orientasi seksual.

 

Berita Terkait