Candi Pundong, Saksi Sejarah dari Era Medang yang Tersembunyi di Diwek Jombang

Foto : Sonhaji juru kunci Candi Pundong, yang berada di Desa Pundong, Diwek, Jombang saat menceritakan sejarahnya. (Kevin Nizar)
  • Whatsapp

DIWEK, KabarJombang.com — Siapa sangka di tengah ketenangan Dusun Watutangi, Desa Pundong, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, terdapat sebuah situs sejarah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat umum yakni Candi Pundong.

Candi yang terletak di sebuah pekarangan ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Sonhaji (69) pada (3/9/2007). Ketika berencana membuat kolam di lahan miliknya, ia malah menemukan struktur batu bata besar yang tersembunyi di bawah tanah. Penemuan ini mengungkapkan sebuah jejak sejarah yang jauh melampaui pengetahuan sebelumnya tentang situs ini.

Baca Juga

Menurut penuturan Sonhaji yang juga merupakan juru kunci Candi Pundong, para sesepuh pendahulu yang mengetahui sejarahnya menyebutkan bahwa candi ini sudah berdiri sejak tahun 927 Masehi, jauh sebelum kemunculan Kerajaan Majapahit yang terkenal di tanah Jawa.

“Kalau berdasarkan sejarah dan penuturan para sesepuh pemdahulu candi ini adalah peninggalan dari Empu Sendok, bagian dari situs Watugaluh di era kejayaan kerajaan Medang, lebih tua dari Majapahit. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya sejarah yang tercatat di Majapahit,” ujar Sonhaji pada Senin (17/2/2025).

Namun, jejak sejarah candi ini tidak hanya berhenti pada masa kejayaan. Pada tahun 1560 M, candi ini turut menjadi saksi bisu dari peristiwa besar, yaitu serangan dari Kerajaan Demak yang mengguncang Trowulan dan wilayah Jombang.

Perang besar itu yang kemungkinan mengakibatkan banyak struktur bangunan, di Candi Pundong ini, mengalami kerusakan dan kondisinya sudah tidak utuh lagi. Kalau sebelum perang, mungkin kondisinya masih utuh,” ungkap Sonhaji.

Meski demikian, Candi Pundong tetap menarik perhatian sebagai saksi bisu dari peradaban Hindu yang pernah berjaya di Jawa Timur. Bangunan ini, yang memiliki luas sekitar 4 meter persegi dengan ketinggian 2 meter, diyakini dulunya digunakan sebagai tempat ibadah atau pemujaan. “Zaman Hindu belum ada masjid, jadi yang ada hanya candi-candi seperti ini,” tambah Sonhaji.

Uniknya, batu-batu di sekitar candi mengandung unsur besi atau logam, yang bisa dibuktikan dengan menempelnya batu tersebut dengan magnet. Sehingga banyak yang meyakini batu-batu tersebut dapat digunakan sebagai bahan perhiasan, seperti batu akik yang memiliki daya tarik tersendiri.

“Candi ini terakhir dilakukan eskavasi pada akhir tahun 2022, oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI Jawa Timur bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dan hingga saat ini belum ada kabar lagi soal perkembangannya,” jelas juru kunci tersebut.

Dalam pantauan di lokasi dikarenakan saat ini musim hujan mengakibatkan kondisi candi digenangi air, menjadikan bagian dalamnya dipenuhi oleh ikan-ikan dan lumut. Walaupun begitu Sonhaji selalu merawat situs tersebut dengan sepenuh hati supaya tetap terjaga nilai sejarah dan kelestariannya.

Hal tersebut turut menjadi perhatian bagi Rachmanda Sunaryanto, seorang guru seni budaya, yang datang untuk mengabadikan momen bersejarah ini dalam sebuah video konten.

“Saya merasa penting untuk mengenalkan candi ini kepada publik, karena candi seperti ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi,” ungkap Rachmanda, yang juga berharap agar Candi Pundong lebih dikenal dan dijaga kelestariannya.

Menurutnya Candi Pundong bukan hanya sekadar situs sejarah, tetapi juga sebuah simbol dari warisan budaya yang harus terus dijaga. Keberadaannya yang dulu merupakan tempat sakral bagi umat Hindu.

“Selain itu koneksinya dengan masa lalu Kerajaan Medang dan peristiwa penting di Jawa, menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas sejarah Jombang,” pungkasnya.

Berita Terkait