Brigjen Kretarto, Komandan TKR Jombang dan Munculnya Resolusi Jihad Melawan Penjajah

Ket foto : Patung Brigjen Kretarto yang berada di dekat Pabrik Gula Jombang.(Anggit)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Jelang peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia, banyak cerita sejarah yang patut diketahui bersama. Salah satunya kisah Brigjen Kretarto yang ikut dalam pertemuan fenomenal 10 November 1945 di Surabaya.

Menurut M. Fathoni Mahsun, selaku penelusur sejarah perjuangan Indonesia di Jombang, dalam catatannya menuliskan, bahwa Kabupaten Jombang pernah jadi salah satu tempat agresi militer Belanda.

Baca Juga

Saat itulah, ada yang namanya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Fathoni menceritakan dalam sebuah blog pribadi miliknya, bahwa pada tanggal 29 Desember 1948 menjadi sangat penting artinya bagi Jombang.

Hal itu lantaran, merupakan awal dari huru-hara besar bernama agresi Belanda ke II. Sejak tanggal tersebut, terjadi beberapa kali perang. Baik dalam skala besar yang mengakibatkan banyak korban jiwa, atau dalam skala kecil.

“Generasi saat ini mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di hampir seluruh jengkal tanah di Jombang pernah terjadi perang,” ucapnya, Senin (15/8/2022).

Fathoni melanjutkan, untuk mencegah Belanda masuk ke Jombang kala itu, langkah antisipasi sebenarnya telah disiapkan dengan matang jauh-jauh hari.

“Masuknya Belanda ke Jombang sebenarnya sudah diantisipasi jauh-jauh hari. Bahkan sejak beberapa hari setelah merdeka. Karena dengan kalahnya Jepang oleh sekutu, maka bisa diramalkan bahwa Sekutu akan mengambil alih Indonesia. Dan bagian dari anggota Sekutu adalah Belanda,” jelasnya.

Beberapa langkah tindakan yang dilakukan setelah merdeka saat itu ialah mulai membentuk angkatan bersenjata yang memang punya tugas untuk berperang. Kala itu, dibentuklah BKR yang diperintahkan langsung oleh Presiden Soekarno.

“Pembentukan BKR ini diperintahkan langsung oleh Presiden Soekarno dan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.

Terbentuknya BKR di seluruh wilayah Indonesia itu juga merambat ke Kabupaten Jombang. Saat itu, BKR di Jombang dipimpin oleh Kretarto, seorang mantan Cudanco PETA.

“Di Jombang dipimpin oleh mantan Cudanco PETA, Kretarto, yang kemudian berpangkat letnan kolonel. BKR ini di kemudian hari berubah nama menjadi TKR, TRI, lalu TNI. BKR pimpinan Kretarto ini lah yang merupakan cikal-bakal KODIM Jombang saat ini,” ungkapnya dalam tulisan tersebut.

Lebih lanjut, pembentukan BKR tersebut kemudian mendapat momennya ketika terjadi peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Saat itu, masyarakat berbondong-bondong untuk mendaftar sebagai prajurit.

“Baik yang langsung mendaftar melalui BKR, atau yang mendaftar lewat badan kelaskaran, terutama melalui Hizbullah,” sebutnya.

Dalam catatan sejarah yang ia dapatkan, satu kali masa pendaftaran saja, Hizbullah menerima 4000 pendaftar. Namun, karena keterbatasan tenaga pelatih dan logistik, maka yang diterima hanya 1000 orang saja.

“Pada akhirnya suatu hari kelak, sebagian anggota Hizbullah tersebut digabungkan dalam TRI sebanyak satu batalyon,” tukasnya.

Brigjen Kretarto dan Munculnya Resolusi Jihad

Kretarto atau lebih dikenal sebagai Brigjen Kretarto ini merupakan salah satu pahlawan dari Jombang. Hal tersebut diketahui sebab patung nya masih kokoh berdiri di dekat Pabrik Gula Jombang, arah menuju Denanyar.

Dilansir dari berbagai sumber, Brigjen Kretarto sendiri lahir di Bandung, 16 Januari 1913. Kretarto merupakan pahlawan yang juga berjuang pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Dari buku ‘Pertempuran Surabaya’ karya Soehario K. Padmodiwiryo atau dipanggil ‘Hario Kecik’ disebutkan bahwa Kretarto jadi salah satu orang yang memimpin pertempuran di Surabaya kala itu.

Dalam pertempuran itu, Kolonel Soengkono, Komandan Resimen Narotama membagi pertahanan Kota Surabaya dalam empat sektor, yakni sektor barat dipimpin Koenkiyat, sektor selatan dipimpin Kadim Prawirodirdjo, sektor tengah dipimpin Kretarto dan sektor Timur oleh Marhadi.

Kala itu, Kretarto mengajak warga Jombang, bersama TKR Jombang untuk ikut mempertahankan Kemerdekaan RI dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sebagai Komandan TKR Jombang waktu itu, Kretarto juga dikenal dekat dengan Ponpes Tebuireng.

Pada saat itu, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, kakek dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, mengeluarkan Resolusi Jihad atau seruan untuk berperang melawan penjajah diikuti oleh para pimpinan cabang NU.

Lalu, segera setelah itu, para pejuang dari Jawa dan Madura berbondong-bondong menuju Surabaya menghadang tentara Sekutu. Mereka kemudian disebut Hizbullah.(Anggit)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait