Sanggar Hijau Sarankan Pembagian Daging Kurban Tak Pakai Plastik

Relawan Sanggar Hijau Indonesia saat mempersiapkan besek yang akan dibagikan ke masjid-masjid di Kabupaten Jombang. (Foto: Syarif Abdurrahman).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Perkumpulan Sanggar Hijau Indonesia berharap panitia kurban saat Hari Raya Idul Adha 2020 (10 Zulhijah 1441 Hijriah) tidak menggunakan plastik dalam membagikan daging kurban ke masyarakat.

Kelompok pecinta lingkungan itu menyarankan wadah alternatif berupa besek bambu, daun jati, atau daun pisang.

Baca Juga

“Kita berharap panitia kurban tahun ini tidak memakai kantong plastik dalam membagikan daging. Ada alternatif lain seperti besek bambu, daun jati, dan daun pisang,” kata relawan Sanggar Hijau Indonesia, Ulul Hidayah, Kamis (30/7/2020).

Dikatakan, pihaknya mengingatkan masyarakat, Sanggar Hijau Indonesia juga melakukan gerakan nyata dengan membagikan besek ke sejumlah masjid di Kabupaten Jombang.

Perkumpulan yang beralamat di Jalan RA Kartini Desa Kaliwungu, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang ini sudah mengumpulkan ribuan besek dari relawan dan donatur.

“Kita buat gerakan patungan besek, supaya kita semua dapat berbagi daging kurban tahun ini tanpa plastik. Agar semakin banyak masjid yang dapat membagikan kurban menggunakan besek dan Idul Adha menjadi berkah bagi semua orang dan bumi,” jelasnya.

Menurutnya, Idul Adha yang akan dirayakan pada tanggal 31 Juli 2020 nanti membutuhkan ribuan besek. Dalam hitungan kasarnya, seekor sapi membutuhkan kurang lebih 150 kantong plastik dan satu kambing butuh 25 kantong plastik.

Jika satu masjid menyembelih 5 ekor sapi dan 5 ekor kambing maka membutuhkan 875 kantong plastik. Diperkirakan bila satu kota/kabupaten memiliki 5.000 masjid maka membutuhkan 4.374.000 kantong plastik.

“Kita mengajak distribusi Rp. 21 ribu untuk beli besek, 10 kantong plastik diganti 10 besek bambu. Satu besek harganya Rp. 2000 dan kertas himbauan Rp. 1000 rupiah,” tambah Ulul.

Ia menjelaskan, alasan pemilihan besek bambu karena ramah lingkungan. Besek bambu dapat terurai dalam waktu 5-7 bulan di dalam tanah. Sedangkan kantong plastik membutuhkan ratusan sampai ribuan tahun untuk terurai dalam tanah.

Bambu, dikatakannya, juga tumbuh sangat cepat, sehari bisa tumbuh sepanjang 50-90 cm dan dapat dipanen pada usia singkat sekitar 4-5 bulan. Selain itu, gerakan ini ikut menyejahterakan banyak perajin besek bambu di desa.

“Besek dapat digunakan kembali untuk wadah bumbu dapur dan wadah tanaman. Bebas dari timbal yang biasanya ada di bahan plastik,”ujarnya.

Ia menegaskan, perkumpulan sanggar hijau Indonesia dalam gerakan ini hanya mengkoordinir dan bagian distribusi kepada panitia kurban di Kabupaten Jombang.

Pihaknya, menurut Ulul, tidak mengambil keuntungan dari patungan besek dan tidak juga menjual besek. Mereka hanya menerima donasi untuk disalurkan pada masjid yang sudah terdaftar dalam program patungan besek.

“Sayang sekali, di hari berbagi berkah di saat bersamaan menjadi hari berbagi sampah. Ini dikarenakan tidak semua paham dan sadar akan dampak dari penggunaan plastik sekali pakai. Ada yang sadar tapi tidak ada dana,” tegas Ulul.

Ulul berharap gerakan ini juga disosialisasikan oleh petinggi pemerintahan di Kabupaten Jombang. Meliputi Bupati, wakil bupati, kapolres, dandim dan tokoh agama. Hal ini demi melebarkan manfaat bagi lingkungan masyarakat.

“Umumnya korban itu tiga hari, jadi semua masih bisa ikut partisipasi. Bisa dengan melakukan gerakan anti kantong plastik di masjid-masjid dekat rumah, terutama yang jadi panitia kurban. Gerakan ini akan berhasil jika semu mau terlibat,” tandasnya.

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait