Lebaran telah usai, saling bermaafan sudah lewat. Namun dengungan suara minor masih santer terdengar hingga ke telinga Cak Besut. Alih-alih bersinergi, lebaran tahun ini kembali dimanfaatkan sebagai ajang pungli.
‘Tarikan Riyayan’ dua kata yang hingga kini Cak Besut sendiri tak tau berasal dari mana. Nilainya cukup fantastis. Hasil setoran dari sejumlah jawatan di Kadipaten Jomplang itu konon mencapai angka 200 juta bukan rupiah. Upeti ini bermuara di satu jawatan urusan pekerjaan umum banget dan tata ruang kadipaten.
Sementara dalang dari sekenario ini merupakan senopati baru pilihan sang Adipati. “Ben aman, ben poro hulubalang seng kadung bayar supoyo iso mimpin jawatan gak diganggu penegak hukum ngunu ta?” sergah Man Gondo yang membuat Cak Besut menghentikan ceritanya sejenak.
Sebatang rokok putih favoritnya kembali ia bakar. Kepulan asap bak cerobong pabrik gula, seolah menenggelamkan wajah Cak Besut. “Ya begitulah, faktanya tak bisa dipungkiri, ketika hukum berkelindan dengan kekuasaan, jangan pernah mengharap akan adanya keadilan,” lanjut cak Besut.
“Sek to, seng jelas pok o sampean lek cerito, hukum iku seng dimaksud polusi, ajeg oleh mekso karo Ngakim kan?,” timpal Lek Sumo.
“Ora cuman kuwi, duit 200 yuto iku disebar gawe forum pimpinan kadipaten, selain seng sampean omong iku, yo ono kentara, onok Ngrabar Kabluk, ketua wakile rakyat, mboh rakyat ndi seng diwakili, pokok e seluruh jajaran seng lungguh dadi pimpinan kadipaten,” Cak Besut menjelaskan pada dua karibnya ini.
Rusmini yang sedari tadi nampak sibuk melayani pelanggan kopi mesemnya, mulai ikut bicara. Dengan nada polos, Yu Rus menanyakan maksud dari aksi nekad sang Senopati yang dianggap melukai hati warganya. “Takonmu kok yo aneh, yu…yu… geting aku,” jawab Man Gondo.
Tak mau kalah, Lek Sumo pun menyebut pertanyaan Rusmini hanya basa-basi, agar dirinya bisa ikut ghibah berjamaah. “Iku ngunu jenenge bagi-bagi dosa, ben pas wayahe nyopet duit rakyat gak dijamah, wes a ngerti opo ora ?” kesal Lek Sumo.
“Wes ah, malah rame dewe aku ngantuk Tarikan Riyayan iku cuma awal cerita, uakeh cerita seng durung tak sampekno. Onok wacana pembebasan lahan Gajah Oleng seng panggone kidule King Garden, pembebasan lahan PK5 seng menguntungkan segelintir pejabat saja, enek maneh cerito pengalih fungsian tanah kas desa menjadi pasar, durung maneh rencana pembebasan lahan untuk perluasan pasar Legi, padahal jelas-jelas sak iki akeh bangunan seng mangkrak gak kerawat, mbok yo iku seng direhab kok malah gupuh pembebasan lahan maneh, semua demi penuhi perut Rakus yang sudah dianggap Tuhan oleh para penggarong duit rakyat ini,” jlentreh Cak Besut.
Tidak hanya cerita itu saja, kepada 3 karibnya ini Cak Besut juga berjanji kembali menceritakan kisah tentang dana Bantuan Keuangan yang turun ke desa-desa, dipungut hingga mencapai 10 persen dari bantuan yang cair. Bahkan, demi amannya sebuah kursi yang ia duduki, Sang hulubalang bahkan rela turun seantero Kadipaten untuk mengambil pungutan. Lulusan sekolah pamong berperawakan mungil ini dikenal cukup lincah dalam melayani permintaan sang Adipati Muntiah.
“Aku ngantuk temenan, janji kok tak ceritani kabeh, rumah sakit umum yo bakalan di pindah, pas poso Senopati dan sejumlah orang kumpul nang omahe Andelik Guwo tonggone Adipati seng sak iki nang tahanan, durung pengadaan alkes seng nilai puluhan miliar wes dikondisikan, bakal dimenangno putra mahkota seng ruju alias gus Nyaut,” tutup Cak Besut sembari beranjak dari kursi bambu warung Rusmini.
Suara Adzan Subuh pun mulai berkumandang, bayangan Cak Besut yang sempat hilang ditelan rimbunnya pepohonan mulai nampak lagi. Dari jauh terdengar suara lirihnya.
Jare Cak Besut :
Kate nang pasar gawe sepatu
Andok tahu nang pojok gang buntu
Tarikan riyayan wes dadi rasan-rasan Mlaku sak mlakumu
Lek enek kesandunge ojo nyalahno watu
Golek banyu nemune derkuku
kate dibeleh lah kok simbah mecucu
masio ta oleh ndelek nang lenge yuyu
lek wes apese ojo dadi getun atimu
*Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.