Politik & Pemerintahan

Perselisihan PKB-PBNU Harus Diakhiri

JAKARTA, KabarJombang.com – Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro mengatakan, perseteruan antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meski hanya terjadi di tataran elite tetap harus segera diselesaikan supaya tidak meluas.

“Rangkaian-rangkaian perselisihan peristiwa yang terjadi antara PBNU-PKB perlu dinetralkan sesegera mungkin agar tak berimplikasi politik kepada kedua belah pihak,” kata Agung saat dihubungi Selasa (7/2/2023).

Agung menyampaikan, perselisihan antara PKB dan PBNU akhirnya merembet hingga saat ini. Yakni saat Gus Yahya melarang penggunaan atribut dan keterlibatan pengurus PBNU dalam kegiatan politik praktis.

“Perseteruan antara PBNU-PKB ini hanya berlangsung di tingkat elite. Karena ini bukan hal pertama menimbang sebelumnya sudah terjadi sejak Gus Yahya (Yahya Cholil Staquf) terpilih, menimbang Cak Imin (Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar) menjagokan Kiai Said (Aqil Siradj),”

“Itu setelah di beberapa kabupaten di Jawa Timur terindikasi pengurus yang mengusung Cak Imin sebagai capres. Termasuk kejadian kemarin, Mars 1 Abad PBNU yang digunakan oleh PKB,” ucap Agung.

Agung mengatakan, meski perselisihan itu terjadi di tataran elite. Hal itu tetap tidak bisa dibiarkan karena NU adalah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia.

Sebab menurut dia, jika hal itu dibiarkan maka akan berdampak kurang baik secara politis bagi kedua belah pihak.

Seperti diberitakan sebelumnya, perselisihan kedua belah pihak itu kembali mencuat setelah Ketua Bidang Keorganisasian PBNU, Ishfah Abidal Aziz menyatakan kecewa karena PKB menggunakan mars peringatan 1 abad hari lahir NU.

Mars itu digunakan sebagai suara latar dalam sebuah unggahan kegiatan Sarasehan Nasional Satu Abad NU di dalam akun Instagram Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB.

Dalam sarasehan itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyatakan partai yang dipimpinnya saat ini menjadi garda terdepan yang memperjuangkan aspirasi politik warga NU.

“Kami sebagai politisi-politisi yang lahir dan dibesarkan oleh NU amat sangat mensyukuri dan siap menjadi garda terdepan memperjuangkan aspirasi politik nahdliyin dan aspirasi politik warga NU di tanah air,” kata lelaki yang kerap disapa Cak Imin di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (30/1/2023) lalu.

Mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj yang juga hadir dalam sarasehan itu menyatakan PKB adalah partai politik yang tidak bisa dipisahkan dengan NU.

“Satu-satunya Partai yang sejalan, senapas, seiring dengan Nahdlatul Ulama hanyalah PKB, ini apa adanya yang saya ngomong apa adanya, enggak bisa meninggalkan sejarah,” kata Said.

“Saya heran kalau ada orang mengatakan NU harus jauh dari PKB. Enggak mungkin, enggak mungkin, itu melupakan sejarah itu,” ujar Said.

Secara terpisah Ishfah mengatakan, kegiatan sarasehan nasional PKB itu sarat kepentingan politik praktis.

Selain itu, kata dia, pemakaian mars 1 abad NU itu menegaskan upaya PKB untuk mengesankan dirinya terafiliasi dengan NU sebagai ormas, jelang Pemilu 2024.

Padahal menurut Ishfah, sejak Yahya Cholil Staquf memimpin NU pada akhir Desember 2021, dia menyatakan organisasi massa Islam terbesar di Indonesia itu tidak akan terlibat dalam politik praktis, dan tidak terkait dengan partai politik manapun.

“Saya minta kepada teman-teman di PKB untuk berpolitik secara jujur dan bertanggung jawab. NU tidak untuk mendukung atau kemudian diklaim milik partai tertentu,” ujar Ishfah kepada Selasa (31/1/2023).

Terkait persoalan itu, Yahya justru menyatakan tidak selamanya NU dan PKB sejalan.

“Ya saya lihat sih dari pengalaman ya, kadang kadang enggak sejalan juga PKB dengan NU itu. Jadi, ya, kan itu lagipula ini bukan soal apakah kita setuju dengan PKB atau tidak, walaupun banyak hal enggak setuju juga,” kata Yahya ditemui di Menara Kompas usai acara Gagas RI, Senin (30/1/2023) malam.

Leave a Comment
Share
Published by
Redaksi