Peringati Hari Buku Nasional, Praktisi Jombang: Jadikan Buku sebagai Asupan Kebahagiaan Diri

Ilustrasi
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Hari Buku Nasional (HBN), yang selalu diperingati setiap tanggal 17 Mei merupakan salah satu momentum untuk diingat betapa besar manfaatnya buku sebagai sarana kita untuk tetap hidup dan memahami kehidupan.

HBN ini berlaku sejak tahun 2002 yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Indonesia pada saat itu, Abdul Malik Fadjar. Penetapan HBN tersebut juga bersamaan dengan perayaan 22 tahun Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang didirikan pada 17 Mei 1980.

Baca Juga

Penetapan HBN ini juga bertujuan untuk meningkatkan minat baca. Dimana pada saat itu, minat baca orang Indonesia masih rendah, yaitu rata-ratanya hanya sekitar 18.000 judul buku per tahun.

Jumlah tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan Tiongkok yang memiliki minat baca rata-rata 140.000 judul buku per tahun.

Dosen Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang, Anton Wahyudi, menerangkan jika sejatinya HBN ini merupakan suatu momentum, seperti layaknya alarm pengingat.

“Yang penting kita pahami betul makna filosofis keberadaannya setiap tahun. Utamanya, tentang sejarah lahir dan tujuannya,” kata Anton, Senin (17/5/2021).

Selain itu, lanjut Anton, melalui momentum HBN ini secara personal penting sekiranya mempromosikan manfaat membaca buku bagi siapa saja. Karena buku merupakan sumber segala pengetahuan dan bisa dijadikan asupan gizi untuk pikiran dan batin.

“Oleh karena itu, buku adalah sumber segala pengetahuan, yang bisa dijadikan asupan gizi untuk membahagiakan pikiran dan batin di dalam tubuh kita,” ungkap laki-laki pendiri Jombang Institute ini.

Dengan momentum peringatan Hari Buku Nasional (HBN) tahun 2021 ini, pihaknya mengajak agar sejenak mempertanyakan diri berapa buku yang sudah kita baca dan kita punya.

Kemudian, sudahkah ada rak atau tempat khusus bagi buku-buku yang sudah dibaca atau dipunyai. Sudahkah kita mempunyai perpustakaan di rumah sebagai pelengkap bahagia bagi keluarga kita.

“Mari sayangi keluarga, cintai buku-buku yang kita punya, InsyaAllah bahagia akan menyertai kita,” ujarnya.

Senada dengan Ni’matuz Zahroh, salah satu penulis cerpen Titik Koma yang mengungkapkan jika minat untuk membaca masyarakat khususnya anak-anak muda di Jombang saat ini sangat kecil.

“Dan saya melihat perkembangan siswa sekarang. Karena saya juga sebagai guru jadi memandangnya dari siswa dan mengaca dari anak saya sendiri. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih dan mereka lebih menghabiskan waktunya untuk bermain gadget,” ungkap Anik.

Membaca adalah jendala dunia, dan membaca adalah kuncinya. Sehingga, kita tidak akan bisa melihat indahnya dunia jika tidak memegang kuncinya (membaca).

“Saya yakin jika seseorang sudah membaca dan merasuk dalam dirinya itu akan ketagihan,” ujarnya.

Sementara itu, dengan menulis maka kita akan merasakan kepuasan tersendiri dan memiliki jejak yang bisa kapanpun diakses dan dilihat. Bahkan melalui tulisan kita bisa berbagi.

“Entah tulisan kita manfaatnya apa, pasti suatu saat kita akan menemukan pembacanya sendiri. Bisa jadi tulisan atau buku saya jelek dimata si A atau si B, tidak ada guna dan manfaatnya. Tapi, dia akan bermanfaat bagi orang lain,” paparnya.

Anik berpesan agar dalam menulis tidak perlu ragu dan bingung untuk mengabadikan tulisan dimana. Karena menulis saat ini tidak harus dibukukan, bisa melalui media atau koran atau dimana pun.

“Karena kalau ada jejak pasti nanti akan terdeteksi oleh pembacanya sendiri, pasti akan memberikan manfaat,” pungkasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait