JOMBANG, KabarJombang.com – Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Cabang Jombang meluncurkan hasil penelitian yang dilakukan sekitar tiga bulan mengenai kekerasan di kalangan pelajar dalam lingkup Kabupaten Jombang.
Peluncuran riset ini berlangsung pada Minggu (10/11/2024) di Aula BMTNU, Jalan Gatot Subroto No 4, Jelakombo, Jombang.
Penelitian ini mengungkapkan data yang mengkhawatirkan, dimana 40% dari 366 responden pelajar mengaku pernah mengalami kekerasan, dengan bentuk kekerasan paling dominan adalah bullying di lingkungan sekolah.
Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPPNU Jombang, Herlina Dwi Ariani, menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kekerasan yang masih menjadi isu serius di kalangan pelajar.
“Melalui riset ini, kami ingin membuka mata semua pihak bahwa kekerasan di kalangan pelajar adalah masalah nyata yang perlu segera diatasi. Kita tidak boleh menutup mata atas kenyataan ini,” ujar Herlina.
Riset tersebut mengungkap bahwa bullying adalah bentuk kekerasan yang paling sering terjadi di sekolah, dengan persentase sebesar 46%. Kasus kekerasan tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga di lingkungan sosial yang lebih luas.
Teman sebaya tercatat sebagai pelaku utama dalam 34% kasus, sementara lingkungan keluarga atau kerabat terlibat dalam 45% kasus. Menurut Herlina hal ini menunjukkan bahwa kekerasan pelajar tidak hanya bersumber dari sekolah, tetapi juga dari lingkup sosial terdekat mereka.
Hasil riset IPPNU Jombang menunjukkan bahwa penyebab kekerasan di kalangan pelajar cukup kompleks, meliputi gangguan emosional, kesalahpahaman, faktor lingkungan, hingga dendam.
Sebagai bentuk nyata upaya pemberantasan kekerasan di kalangan pelajar, IPNU IPPNU Jombang juga membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti-Bullying yang bertugas memberikan pendampingan, edukasi, serta dukungan kepada korban bullying. Satgas ini diharapkan dapat menjadi penghubung bagi para pelajar yang mengalami kekerasan untuk berani mengungkapkan permasalahan mereka.
“Kami berharap Satgas ini menjadi wadah bagi pelajar yang menjadi korban untuk mendapatkan dukungan dan bantuan yang mereka butuhkan. Jangan sampai ada lagi pelajar yang merasa sendiri dalam menghadapi masalah kekerasan,” tambah Herlina Dwi Ariani.
Menurutnya, hasil riset ini memberikan gambaran bahwa kekerasan di kalangan pelajar merupakan isu yang kompleks dan membutuhkan penanganan serius.
“Kekerasan di kalangan pelajar tidak hanya berdampak pada individu korban, tetapi juga memiliki efek luas terhadap lingkungan sosial mereka. Dengan langkah-langkah konkret dan kerjasama lintas sektor, diharapkan angka kekerasan di kalangan pelajar dapat ditekan,” terangnya.
Herlina berharap bahwa dengan adanya riset ini dan pembentukan Satgas Anti-Bullying, semua pihak semakin sadar dan siap berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi seluruh pelajar.
Direktur Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PC IPPNU Jombang, Sinta Dwi Machfiroh, menekankan bahwa kekerasan di kalangan pelajar tidak hanya dipicu oleh faktor individu.
“Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan, dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sosial. Ini masalah yang harus kita tangani secara komprehensif,” tutur Sinta.
Lebih jauh, riset ini juga menemukan bahwa kekerasan berdampak buruk pada kondisi psikologis dan sosial korban. Sebanyak 70% korban kekerasan tidak berani melapor, yang disebabkan oleh ketidaktahuan akan akses pengaduan serta kekhawatiran akan dampak sosial jika kasusnya diketahui publik.
Selain itu, penelitian juga mengungkapkan bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan, dengan 60% dari total korban merupakan perempuan. Sinta menyebut hal ini sebagai tanda adanya ketidaksetaraan gender dalam pengalaman kekerasan di kalangan pelajar.
“Fakta bahwa perempuan lebih sering menjadi korban menuntut kita semua untuk memberi perhatian lebih pada isu ini. Kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan harus menjadi prioritas,” katanya.
Menurutnya, kurangnya akses dan informasi tentang layanan pengaduan menjadi kendala utama dalam penanganan kasus kekerasan di kalangan pelajar. Sebanyak 65% responden mengaku belum mengetahui adanya akses pengaduan di daerah mereka.
“Hal ini menunjukkan perlunya sosialisasi dan edukasi mengenai mekanisme pengaduan, agar pelajar yang mengalami kekerasan tidak merasa terisolasi dan memiliki tempat untuk melapor,” bebernya.
Melalui riset ini, IPPNU Jombang merekomendasikan beberapa langkah penanganan untuk mengatasi kekerasan di kalangan pelajar. Pertama, peningkatan kesadaran masyarakat mengenai bahaya kekerasan dan pentingnya melaporkan kasus kekerasan melalui kampanye dan sosialisasi ke sekolah-sekolah, komunitas, dan keluarga. Kedua, perlu adanya penguatan sistem pengaduan yang aman dan konfidensial bagi para korban.
“Kami mendorong adanya akses pengaduan yang mudah diakses oleh para pelajar. Dengan adanya sistem yang jelas dan aman, kami harap korban merasa lebih nyaman untuk melaporkan kejadian yang mereka alami,” tandas Sinta Dwi Machfiroh.
Niken, perwakilan dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKB-PPPA) Kabupaten Jombang, turut mendukung program ini. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antar-instansi untuk menekan angka kekerasan di kalangan pelajar.
“Kami di DPPKB-PPPA berkomitmen mendukung inisiatif seperti yang dilakukan oleh IPPNU Jombang. Melalui sosialisasi dan edukasi yang lebih gencar, kami berharap bisa menciptakan lingkungan yang aman bagi pelajar dan perempuan seperti yang saat ini digencarkan oleh presiden Prabowo,” kata Niken.
Muhammad Ishomuddin Haidar sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kabupaten Jombang mengatakan, hari ini menjadi momen yang luar biasa karena tepat di hari pahlawan teman-teman PC IPNU IPPNU Jombang berhasil merilis hasil riset yang mengenai kekerasan pelajar dan bullying.
“Ini menjadi langkah konkret bahwa hari ini ada para lokal hero yang ada di seluruh penjuru Kabupaten Jombang yang siap dikukuhkan menjadi pahlawan. Dengan launchingnya riset dan juga nanti dibentuknya satgas bullying teman-teman di Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan PC IPNU IPPNU Jombang ini akan menjadi Pahlawan di lingkungannya masing-masing,” pungkasnya.