WONOSALAM, KabarJombang.com – Para petani kopi di Wonosalam, Kabupaten Jombang mulai memasuki panen raya di awal Bulan Juli 2025 ini. Untuk musim kali ini, kopi Wonosalam nampaknya benar-benar memberi berkah bagi para petani.
Bagaimana tidak, musim kali ini, panen kopi cukup melimpah, bahkan hingga 2 kali lipat dibanding musim panen pada tahun lalu.
Salah satunya dirasakan oleh Asmat (60) warga Dusun Mendiro, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Jombang. Ia mengatakan, jika tahun ini panen kopi milkinya mengalami peningkatan drastis ketimbang tahun lalu.
“Tahun sekarang dengan tahun kemarin memang ada perbedaannya. Tahun kemarin buahnya tidak terlalu banyak kira-kira hanya 1,5 ton, sedangkan panen tahun ini semua tanaman kopi yang saya tanam berbuah,” jelasnya.
Asmat memiliki 4 hektar lahan tanaman kopi yang berada di hutan Dusun Mendiro. Masing-masing lahan memiliki 2 jenis kopi. Mulai dari jenis kopi robusta, dan jenis kopi excelsa. Selain itu, masing-masing lahan mampu menghasilkan kurang lebih 3 ton.
“Total lahan tanaman kopi yang saya miliki sekitar 4 hektar. Kali ini saya baru panen di lahan 1 hektar saja dengan jenis kopi robusta, sedangkan lainnya akan saya panen hari besoknya,” ujar Asmat.
Ia menjual hasil kopi dari tanamannya ke pengepul dengan harga Rp 12.500 perkilonya. Harga tersebut saat ini sedang mengalami penurunan ketimbang tahun kemarin. Tahun kemarin harga kopi gelondong sekitar Rp 14.000 sampai Rp 15.000 perkilo. Menurutnya, penurunan harga tersebut tidak begitu pengaruh, sebab ia masih mendapatkan keuntungan dari harga kopi gelondong saat ini.
“Harga kopi gelondong yang baru dipetik dari pohonnya dihargai oleh para pengepul seharga Rp12.500. Jadi keuntungan saya dari buah kopi yang saya jual, 1 hektar lahan kopi menghasilkan 3 ton tinggal dikalikan Rp12.500,” ucapnya yang enggan menyebutkan angka nominalnya.
Sementara itu, perawatan yang dilakukan oleh Asmat terhadap tanaman kopinya dilakukan secara intensif. Agar tanaman kopi mampu menghasilkan buah kopi yang banyak dengan kualitas bagus.
“Tanaman juga memerlukan perawatan dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos, maupun pupuk kimia seperti Urea, dan Phonska,” ungkapnya.
Tanaman kopi yang ditanam oleh Asmat berada di area hutan Dusun Mendiro, tepatnya berada di Petak 15. Area tersebut memiliki tegakan pohon mulai dari pohon durian, alpukat, dan kemiri. Namun, menurutnya terdapatnya tegakan pohon non kopi tidak memberikan efek atau dampak yang dominan terhadap pertumbuhan kopi.
“Disini merupakan area hutan petak 15. Area tersebut masuk ke dalam wilayah konservasi, sehingga tidak diperbolehkan melakukan penebangan pohon. Maka, tanaman kopi harus ditanam disamping-samping pohon tersebut tanpa menebang pohon. Hasil buah kopi tidak begitu pengaruh dengan adanya tegakan pohon besar seperti alpukat, durian, dan kemiri,” tegasnya.
Asmat turut memperkerjakan ibu-ibu rumah tangga di Dusun Mendiro, Desa Panglungan, Wonosalam untuk ikut membantu memanen kopi di lahannya. Harapan tersebut agar bisa membantu perekonomian sebagian warga Dusun Mendiro.
“Saya juga mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk ikut membantu memanen kopi dilahan saya. Mereka akan saya berikan upah, sehingga lumayan bisa menjadi tambahan pemasukan mereka,” pungkasnya.