BARENG, KabarJombang.com – Memasuki musim tanam yang ketiga, warga Dusun Jlopo, Desa Tebel, Kecamatan Bareng, resah. Pasalnya, lahan pertanian miliknya kesulitan air.
Areal persawahan yang semula dialiri irigasi, kini kondisi aliran sungai tak mencukupi kebutuhan petani.
Nurjanah, salah seorang petani setempat mengatakan, setelah lahan padi seluas 1 hektar yang bakal segera dipanen, Dia mengaku kebingungan akan tanam padi ataukan tidak di musim ketiga ini.
“Kalau tidak ada air gini, ya tidak tanam, kalau ada air ya tanam, nunggu hujan dulu,” ungkapnya pada Kabarjombang.com Jumat (18/9/2020).
Nurjanah menjelaskan, jika aliran air di sungai kecil dan tak mencukupi untuk kebutuhan para petani. Sehingga area sawah yang jauh aliran sungai tak teraliri air dan menyebabkan kekeringan lahan.
“Kalau kekurangan air tidak tanem, buang buang biaya. Karena, akhirnya nanti tanaman ya mati semua, “keluhnya.
Dikatakan, cara yang bisa digunakan mengatasi kekeringan menggunkan sumur bor. Namun hal ini perlu mengeluarkan kocek yang lebih dalam. Pasalnya uang yang harus di keluarkan tiga kali lipat lebih banyak.
Selain masalah kekeringan, masalah ketersedian pupuk juga langka dan mahal. Padahal musim sebelumnya petani tanaman para petani diserang hama tikus dan wereng.
Senada dikatakan seorang petani Kasmadi (45), jika petani di desanya kekurangan air, sekaligus kekurangan pupuk.
Kasmadi mengatakan, setelah dirinya panen padi seluas 2 hektare, tidak berencana untuk melakukan tanam di musim tanam ketiga. Demikian ini karena mengalami kekurangan air.
“Kalau sudah turun hujan ya mungkin baru tanam. Sedangkan harga pupuk bersubsidi sangat mahal. Ini petani sungguh dibuat susah,” ungkapnya.