Dilema Petani Tembakau di Jombang, Hasil Panen Bagus Tapi Harga Anjlok

Foto : Petani Tembakau di Desa Katemas, Kecamatan Kudu Jombang. saat memetik daun tembakau di ladangnya. (Bambang Cahyono) 
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Para petani tembakau di wilayah Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang mengaku dilema. Pasalnya pada musim panen tembakau kali ini kualitas tembakaunya bagus akan tetapi harga tembakaunya anjlok.

Anjloknya harga tembakau tersebut, bahkan lebih dari 50 persen dibandingkan musim tembakau pada tahun lalu.

Baca Juga

Salah seorang petani di Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Jombang Hermanto (40) mengatakan tembakau basah dari tingkat petani hanya dihargai oleh pengepul Rp 3.500 – Rp 6.000 per kilogram. Padahal pada tahun lalu harga tembakau per kilogramnya bisa menyentuh angka Rp 9.000.

Meskipun hasil panen meningkat, ia dan para petani lainnya kini harus putar otak lagi. Pasalnya, harga tembakau anjlok drastis.

“Sekarang ini wah anjlok sekali harganya. Harga daun tembakau bawah itu hanya lagi Rp 3.500 per kilogramnya. Kalau harga tembakau bagian atas itu lakunya Rp 6.000 per kilogramnya sekarang,” katanya.

Hermanto juga mengatakan, dirinya tidak mengetahui mengapa harga tembakau kali ini turun secara drastis, padahal secara kualitas, tembakau yang dia tanam juga sama dengan tahun lalu. Apalagi tahun ini tembakau miliknya tidak mendapatkan ganggguan baik dari ulat maupun dari hujan.

Ia melanjutkan, musim panen tahun ini terbilang cukup menyegarkan mata para petani. Pasalnya musim kemarau yang panjang membuat tembakau miliknya semakin banyak. Petani tembakau di desanya ini kebanyakan menanam tembakau jinten, karena pertumbuhannya yang dinilai bagus.

“Kemungkian tahun ini kami mendapatkan hasil yang baik dikarenakan cuaca. Karena sejak tanam hingga usia 5 minggu tak terkena hujan, kalau hujan tidak deras jadi pertumbuhannya baik. Kuantitas dan kualitasnya terjamin bagus,” ujarnya.

Akibat harga anjlok drastis, tembakau ini sepi peminat. Hermanto menjelaskan, anjloknya harga tembakau ini dipengaruhi oleh permintaan dari pembeli yang sepi.

“Karena itu kami terpaksa menimbun tembakau rajangan, harapannya ya harga bisa segera naik,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang  pengepul tembakau, Sardi mengatakan turunnya harga tembakau itu disebabkan karena permainan tingkat pabrik. Menurutnya, saat ini pihak pabrik tidak mau membeli tembakau dengan harga tinggi dengan alasan yang tidak jelas.  Untuk tembakau rajangan ataupun janturan kering siap produksi dengan kualitas terbaik, Sardi, hanya bisa menjual Rp40.000-60.000 per kilogram.

“Tembakau terbaik biasanya laku Rp150.000-200.000, tetapi sekarang hanya laku segitu, saya itu justru kasihan pada para petani yang susah-susah menanam tembakau, tetapi hasilnya tidak menguntungkan,” ungkap Sardi.

Hermanto berharap, Pemkab Jombang bisa turun tangan untuk menstabilkan harga, agar tembakau bisa segera laku dan para petani tidak merugi. “Kami berharap Pemkab Jombang bisa turun, cek harga, dan stabilkan harga. Takutnya kami  para petani ini merugi,” pungkasnya.

Berita Terkait