NGORO, KabarJombang.com – Mr Masudin, pakar terapi saraf telinga terkenal di Jombang, Jawa Timur, meninggal dunia pada, Selasa (13/7/2021) dini hari.
Pria kelahiran 47 tahun silam ini meninggal dunia karena mengalami sakit.
Sejak satu minggu terakhir, ahli pijat spesialis tuna rungu ini sempat mengeluhkan sakit lambung dan demam sebelummya akhirnya menghembuskan nafas terakhir di rumahnya di Dusun Ketanen Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro, dini hari tadi.
Semasa hidupnya, Masudin dikenal sebagai sosok terapis yang ahli mengobati pasien tuna rungu, baik bawaan dari lahir maupun karena sebab lain.
Sejumlah penghargaan pun sempat dia raih, mulai dari pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori terapi tercepat maupun Centurion World Redord, penghargaan kelas dunia dari Amerika Serikat.
Salah satu rekan Masudin, Rony mengaku sangat kehilangan. Ia terakhir bertemu dengan Masudin satu minggu yang lalu. Saat itu dia sempat melihat sang terapis sakit dan terbaring di rumahnya.
“Waktu itu beliau sakit, saya mau bertamu akhirnya pulang, biar istirahat dulu. Itu terakhir kali saya bertemu, setelah itu saya terima kabar duka Mr Masudin meninggal, antara kaget dan tidak percaya,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan oleh salah satu pengusaha asal Kecamatan Perak, Juliono. Pria yang akrab disapa Haji Juli ini mengaku sangat kehilangan sosok Masudin, pria yang banyak memiliki kelebihan dan jiwa sosial yang tinggi.
Kata dia, sejauh ini, apa yang dikerjakan Masudin tidak lepas dari kegiatan sosial. Mulai dari membangun masjid, jalan dan membangun ratusan rumah orang kurang beruntung.
“Dia orangnya sangat baik, suka menolong, membangun Masjid, hasil kerjanya tidak dipakai dirinya sendiri, melainkan sebagian buat membantu orang yang membuhkan, membangun jalan, bedah rumah, banyak sekali yang dia lakukan, kami turut berduka dan sangat kehilangan,” ujarnya.
Nama Masudin sendiri mulai dikenal sejak sekitar tahun 2012 silam. Saat itu Masudin pertama kali menerima penghargaan dan memecahkan rekor MURI sebagai seorang terapi tercepat.
Sejak saat itu, sejumlah pasien dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri mulai datang. Terapi syaraf telingan Masudin dikenal dengan terapi kelas sultan. Namun, tidak demikian sebenarnya. Sebab, semasa hidupnya, mendiang tidak selalu memasang tarif yang sama untuk para pasien.
Kadang pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, dirinya selalu mematok tarif yang mahal. Namun sebaliknya, tak jarang pasien yang kurang manpu selalu digratiskan.
Bahkan, sebagian besar penghasilanya itupun selalu dia gunakan untuk kegiatan sosial.