JOMBANG, KabarJombang.com – Tokoh penggerak khittah Nahdlatul Ulama (NU) Drs. H. Choirul Anam atau akrab di telinga dipanggil Cak Anam berpulang. Ia dimakamkan di tempat kelahirannya di Kabupaten Jombang, pada Senin (9/10/2023).
Pantauan di lokasi, jenazah tiba di lokasi pemakaman sekitar setelah sholat zhuhur. Jenazah lalu di sholat kan di masjid kemudian dimakamkan di belakang rumah beliau.
Cak Anam merupakan tokoh NU dan Ansor Jawa Timur. Ia meninggal dunia di usia 69 tahun. Ia wafat di kediamannya di kawasan Kutisari Surabaya. Tokoh yang terkenal juga dengan menulis buku-buku yang mengulas perkembangan dan sejarah NU hingga Khittah NU, serta sejarah GP Ansor ini sempat dirawat di rumah sakit.
Beliau juga merupakan Dewan Kurator Museum NU serta penggerak khittah NU. Dirinya juga sempat menjadi seorang jurnalis dan menjadi ketua GP Ansor Jawa Timur serta pendiri dan pembina Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyah (PPKN).
Ia juga terkenal sebagai sosok yang kritis. Kritikannya kala itu sering ia lontarkan kepada para pengurus NU yang cenderung berpolitik praktis. Beberapa karyanya juga menjadikan sosoknya sebagai tokoh yang disegani.
Karya monumental yang paling mahsyur yang paling memorable yang sebuah buku berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama. Buku itu terbit pada tahun 1985. Diterbitkan oleh Penerbit Jatayu. Buku karyanya itu sekarang sering menjadi rujukan akademik tentang NU.
Sosok yang lahir di Jombang, Jawa Timur pada 30 September 1954 ini juga selalu aktif berorganisasi di NU, seperti GP Ansor dan PMII. Kini, sosok yang banyak menginspirasi umat khususnya warga Nahdliyyin ini telah berpulang. Jenazahnya diantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya di Dusun Kemiri Galih, Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Salah satu warga Nahdliyyin yang juga merupakan yang juga pengurus di GP Ansor Jombang, Rohmadi, sosok Cak Anam merupakan inspirasinya untuk berkhidmat di NU.
“Saya membaca buku beliau, luar biasa. Ada satu sosok yang menginspirasi saya bahkan banyak orang lewat sebuah tulisan yang membakar semangat dan penuh dengan keilmuan. Salah satu alasan saya untuk berkhidmat di NU salah satunya dari tulisan beliau,” ucapnya di lokasi.
Meskipun ia belum pernah langsung dengan sosok Cak Anam, namun ia mengaku sangat kehilangan sosok yang sangat menginspirasinya dalam berkhidmat di NU.
“Sangat merasa kehilangan, semoga apa yang dahulu beliau perjuangkan untuk NU bisa diteruskan oleh generasi sekarang dan tetap sejalan dengan nilai-nilai perjuangan para ulama NU,” pungkasnya.