KABARJOMBANG.COM – Meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di Kabupaten Jombang, bakal berimbas signifikan pada keberadaan angkutan umum di Kota Santri.
Dari data yang dihimpun dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jombang, dalam kurun 10 tahun terakhir, penyusutan angkutan umum mencapai 50 persen. Padahal pada tahun 2015 lalu, jumlah angkutan umum masih mencapai 405 armada dari berbagai rute. Namun, saat ini jumlahnya menurun drastis hingga ke angka 165 armada.
“Memang jumlahnya semakin lama semakin berkurang,” kata Imam Sujianto, Kepala Dinas Perhubungan Jombang, Senin (27/3/2017).
Penurunan jumlah angkutan umum tersebut disebabkan banyak faktor. Salah satunya ialah melonjaknya kendaraan pribadi yang kini lebih digemari masyarakat ketimbang menggunakan angkutan umum.
“Apalagi, saat ini peminat angkutan umum rata-rata pelajar yang berangkat sekolah. Masyarakat umum juga sudah jarang menggunakan angkutan umum,” ujarnya.
Akibatnya, memasuki tahun 2016 jumlahnya mulai menyusut. Dari 25 Lyn dengan rute yang berbeda, yang sudah mati ada enam trayek. Diantaranya trayek Jombang – Gudo, Peterongan -Kesamben, Jombang – Jogoroto – Cukir, serta rute Mojoagung – Kesamben.
“Padahal pada tahun 2008 silam, jumlah Lyn A hingga PM rute Jombang – Mojogung – Mojokerto total keseluruhan 405 armada, mungkin tahun ini juga bertambah,” ungkap Imam.
Hal ini juga dirasakan Hariyono, salah satu sopir lyn N dengan rute Jombang – Cukir PP. Dirinya mengakui beberapa tahun terakhir armada berkurang. “Misal B2, F rute Gudo sampai Brambang sudah tidak ada. Paling banyak jurusan Ploso dan Kabuh,” katanya.
Jika ditotal, hasil yang didapat dalam sehari dengan setoran tak cukup banyak. Dalam sehari biasanya mendapat Rp 70 sampai Rp 100 ribu. “Belum untuk setoran sehari Rp 60 ribu. Hampir rata-rata para sopir kini lebih banyak duduk menunggu penumpang di Terminal Kepuhsari. Yang banyak biasanya anak sekolah. Kalau di stasiun sepi, banyak ngopinya,” terang pria yang mengaku warga Kecamatan Peterongan ini.
Meski begitu, ada beberapa trayek yang masih berjalan hingga saat ini. Namun, itu hanyalah angkutan umum yang trayeknya berada di jalur utama. Namun yang trayeknya melintsi jalan pedesaan hampir sepi penumpang.
“Seperti jalur menuju SMPN 1 Diwek. Di jalur ini, sangat jarang Lyn yang mau masuk kesana, karena terlalu masuk ke dalam. Makanya, penumpang turun di persimpangan jalan raya,” tuturnya.
Selain itu, dari data yang dihimpun dari Dishub Kab Jombang, sementara yang masih bertahan cukup banyak, yakni Lyn H2 dengan rute perjalanan Mojoagung – Mojowarno – Bareng – Ngoro. Dari penetapan armada hingga 42, sementara yang bertahan 38 armada.
“Namun yang sudah mati lumayan banyak, utamanya ke utara Sungai Brantas, seperti Ploso dan Kabuh,” pungkasnya. (aan/kj)