JOMBANG, KabarJombang.com- Pembunuhan dan kekerasan merupakan prilaku yang tidak terpuji apapun alasanya.
Psikolog dan Dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya, Nailatin Fauziyah mengatakan, pembunuhan dan kekerasan di Rejoslamet, Kecematan Mojowarno, Jombang, beberpa hari lalu bukan merupakan ciri psikopat.
Namun, Naila menegaskan, kecenderungan seseorang mengalami gangguan jiwa atau psikopat.
“Pperlu adanya pemeriksaan yang lebih mendalam dengan bantuan orang-orang yang profesional, terkait motif dan tujuannya melakukan hal tersebut,” kata Naila kepada KabarJombang.com melalui sambungan telephon, Rabu (5/8/2020).
Naila juga mengatakan, jika pelaku tersebut menikmati tindakannya, berperilaku seperti orang normal tanpa ada rasa kecemasan, kegelisahan, empati, berdosa, dan meneyesal dalam membunuh. Maka bisa jadi ada indikasi bahwa pelaku tersebut mengalami gangguan jiwa atau mental.
Pada kasus di Rejoslamet tersebut, Naila mengaku belum membaca begitu dalam. Yang dia dengar bahwa suaminya baru pulang dari Amerika. Sehingga dia tidak bisa mengatakan bahwa pelaku tersebut psikopat.
“Karena untuk mengetahui psikopat tidaknya pelaku tersebut. Perlu dicari dan digali secara dalam dengan pemeriksaan psikologi secara lengkap terhadap motif yang dilakukannya,” ujar Naila.
Naila juga menyarankan, jika berdasarkan hasil proses pemeriksaan, serta menjalankan proses hukuman. Pelaku tersebut juga harus memperoleh intervensi psikologis atau medis agar dapat terdeteksi penyebabnya.
Selain itu, pelaku pembunuhan dan kekerasan yang terjadi di Rejoslamet karena adanya motif rasa geram dan cemburu terhadap sang istri ini merupakan gangguan kepribadian.
Karena adanya rasa ketidakpercayaan dan kecurigaan secara terus menerus kepada sang istri hingga memicu pertengkaran hebat, yang berakhir dengan pembunuhan.
“Potensi seseorang melakukan tindakan kekerasan hingga pembunuhan atau kecenderungan bertindak brutal itu banyak penyebabnya. Tergantung dari motif seseorang melakukan tindakan pembunuhan,” tegasnya.
Naila menambahkan, bahwa tindakan tersebut juga bisa dipicu faktor lingkungan, faktor pertumbuhan prilaku seorang anak dari kecil seperti apa.
Cara orang tua mendidik anak seperti apa, karena disitu anak akan melihat dan mengolah pikirannya tentang bagaimana orangtua menyelesaikan masalah. Dengan cara kekerasan atau sebaliknya.
Hal-hal tersebut itulah yang memicu seorang anak akan berfikir bagaimana dia harus bertindak saat menghadapi persoalan dan menyelesaikan masalah yang demikian. Dan tentu akan mendorong anak melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh kedua orangtuanya.
“Lingkungan, pendidikan, dan orangtua yang jauh dari rasa empati dan cinta kasih. Keterikatan dan pengawasan yang rendah, tidak menutup kemungkinan kasus seperti ini akan terus berlanjut,”pungkasnya.
Tindakan seperti pembunuhan, kekerasan menurutnya bisa disembuhkan dengan cara melakukan mediasi atau konseling. Sehingga dapat diketahui motif seseorang melakukan pembunuhan. Dengan penanganan orang-orang yang tepat dan profesional.
Sehingga, dapat memberikan solusi yang tepat dari tindakannya dan harus disertai dengan kesadaran serta keinginan pribadinya untuk berubah dan sembuh.
Karena, imbuhnya, tanpa adanya kesadaran dan keinginan untuk berubah dalam pribadinya. Akan sulit untuk menghilangkan tindakan serupa, dan kemungkinan juga akan kembali dilakukannya.