NGORO, KabarJombang.com – Polemik pembagian sembako pada Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, pada Sabtu (26/9/2020), membuat KPM (keluarga penerima manfaat) bingung.
Pasalnya, KPM diimbau oknum tertentu untuk tidak mengambil di agen mandiri. Mereka juga dipaksa untuk mengambil sembako ke agen yang menerima komiditi dari suplier tertentu. Diketahui, polemik itu terjadi, antara pemerintah desa (Pemdes) setempat dengan agen mandiri.
UM (41) seorang warga Dusun Watulintang mengaku, sempat kebingungan untuk pengambilan sembako lantaran ada salah satu sesama KPM diimbau mengambil ke agen yang barangnya dipasok oleh suplier tertentu itu.
“Sangat disayangkan adanya pemberitahuan tersenbut. Ada apa kok agen mandiri dilarang. Padahal barangnya lebih bagus, jika dibandingkan dengan komiditi pasokan suplier,” ungkapnya.
UM mengaku, tahu betul perbedaan barang-barang BPNT antara yang dari suplier tertentu dengan yang ada di agen mandiri. Dikatakanya, sebelum salah satu agen tersebut menjadi mandiri, barang yang dipasok berkualitas rendah.
“Saya mengetahui secara pasti. Dulu kan semua agen dari suplier tertentu. Itu ayamnya frozen-an, nggak fresh lagi. Kalau agen mandiri kan semua barangnya bagus dan ayamnya fresh,” sambung UM.
Terkait imbauan mengambil sembako pada agen yang disuplai dari suplier tertentu, pihaknya tak menghiraukannya. Sebab, agen mandiri di daerahnya tetap melayani. Selain barangnya terbukti bagus, lanjut UM, jarak tempuh rumahnya dengan agen mandiri lebih dekat.
Senada yang diungkap YT (42) yang kebingungan terkait pengambilan bantuan sembako. Dia mengatakan, semula pengambilan ke agen tersebut lancar-lancar saja. Namun, begitu agen tersebut beralih menjadi agen mandiri, keputusan pun berbeda.
“Ini kenapa ya, setelah ditetapkan menjadi agen dan agen tersebut beralih menjadi agen mandiri, malah kami disuruh mengambil sembako di agen yang lain,” ungkap YT.
YT pun menyayangkan hal ini, lantaran agen mandiri sebagai E-warung rujukannya selalu memberikan barang bagus. Namun kemudian, katanya, mengapa ada pihak lain yang memberikan intruksi membeli di agen yang dipasok suplier tertentu.
Sama dengan UM, YT masih memilih pengambilan sembako di agen mandiri rujukan pertama. Selain kualitas barangnya bagus, jarak antara rumahnya dengan agen tersebut menjadi pertimbangan utama.
“Ada informasi mengambilnya di sana (agen yang disuplai suplier tertentu). Tapi di sini masih ada agen mandiri yang beroperasi, ya ambil yang di sini saja. Barangnya bagus kok. Memang ya ini membuat ‘sele genje’ jadinya. Tapi selama agen mandiri melayani ya kami tetap ke agen mandiri,” pungkasnya.