JOMBANG, kabarJombang.com – Meninggalnya Lutvy Dwi Septiana (23) atau Septi, salah satu korban tragedi perahu penyeberangan yang terbalik di sungai Brantas, Dusun Klaci, Desa Brodot, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang, pada Sabtu (29/2/2020) malam lalu, menyisakan duka mendalam bagi kedua orang tuanya.
Betapa tidak, berpamitan untuk menjemput Serda Dadang Wicaksono, sang pacar Septi, pada Sabtu sekitar pukul 16.30 WIB, rupanya merupakan pertemuan terakhir bagi orang tua dengan putrinya, Lutvy Dwi Septiana.
Paman korban, Ali Mustofa menceritakan, sore itu Septi berpamitan ke Braan, Kertosono, Kabupaten Nganjuk, untuk menjemput sang kekasih yang bertugas di Satuan Yonif Mekanis 521/ Dadaha Yudha Kediri.
“Saat itu, bapaknya sempat melarang Septi berangkat, karena sedang turun hujan. Tapi, anaknya tetap memaksa. Septi pun berangkat dengan kondisi hujan,” cerita Ali Mustofa kepada KabarJombang.com.
Keberadaan Septi, lanjutnya, tetap terpantau karena Septi sempat menghubungi orang tuanya melalui sambungan telepon, sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu, Septi mengabarkan jika dirinya sudah berada di rumah pacarnya. “Teleponnya, setelah Septi berbuka puasa di rumah pacarnya (Serda Dadang),” ungkap Ali Mustofa.
Keluarga mulai khawatir, lantaran hingga larut malam, putrinya belum juga pulang. “Sekitar pukul 22.00 WIB, bapaknya telepon, tapi tidak nyambung,” sambungnya.
Kemudian, masih kata Ali Mustofa, sekitar pukul 24.00 WIB, ada kabar perahu tenggelam, dan anak beserta pacarnya berada di perahu tersebut, “Ya tentu keluarga panik dan terpukul mendengar kabar tersebut,” ujarnya.
Dikatakannya, oleh Kades Pacarpeluk, pihak keluarga diminta datang ke RSUD Jombang, pada Selasa (3/3/2020), untuk memastikan temuan jenazah berjenis kelamin perempuan yang ditemukan di sungai Brantas area Kecamatan Kesamben, berbatasan dengan Kecamatan Kemlagi, Mojokerto.
Duka mendalam juga dialami Supratno, ayah Serda Dadang Wicaksono. Meski begitu, dia mengaku tidak mendapat firasat apapun menjelang meninggalnya sang anak bersama pacarnya dalam tragedi perahu penyeberangan yang nahas tersebut.
Hanya saja, saat hendak berangkat mengantar Septi, pacar Dadang ke kediamannya, dirinya sudah mengingatkan agar tidak menggunakan perahu jasa penyeberangan sungai Brantas. Dia menyarankan agar lewat jalan darat meskipun ditempuh memutar.
“Biasanya memang anak saya sering menyeberang dengan perahu itu. Tidak sekali ini,” cerita Supratno kepada KabarJombang.com di kediamannya Dusun Sentanan, Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk.
Dikabarkan pasangan ini bakal menikah dalam waktu dekat, Supratno mengatakan, hingga maut menjemput keduanya, Dadang dan Lutvi Dwi Septiana masih berpacaran berjalan sekitar setahun. Namun, orang tua Dadang maupun Septi sudah saling mengenal.
“Pihak keluarga sudah akrab, meski di antara Dadang dan Septi belum ada ikatan, istilahnya seperti lamaran,” ujarnya sedih.
Supratno juga mengatakan, sekitar 3 bulan lalu, dirinya sempat mendapat cerita pengalaman aneh anaknya. Saat itu, Dadang yang diterima sebagai Bintara tahun 2018 ini mengalami peristiwa aneh kala menjadi komandan upacara (Irup) di kesatuannya.
“Ceritanya, bendera yang dikibarkan dalam upacara tersebut, berhenti di setengah tiang. Tapi entah, ini bisa dikaitkan menjadi firasat atau tidak. Kalau neneknya malah bercerita setelah kejadian, jika bermimpi cucunya jadi pengantin,” ujarnya.
Dadang, lanjutnya, kemudian bercerita kejadian aneh yang dialaminya itu ke rekannya, Beni. “Anak saya mengatakan ke Beni, kalau di tentara itu merupakan hal sakral. Ada salah satu anggota yang akan meninggal, entah siapa, begitu,” kata Supratno.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah perahu tambang atau jasa penyeberangan sungai Brantas yang menghubungkan wilayah Jombang dan Nganjuk di Dusun Klaci, Desa Brodot, Kecamatan Bandar Kedungmulyo terbalik, setelah mesin perahu mengalami masalah. Baling-baling perahu tak bisa berfungsi karena tersangkut kotoran saat perahu mulai menyeberang. Saat itu, debit air Sungai Brantas cukup deras dan tinggi.
Enam orang yang ada di atas perahu pun panik dan berusaha menyelamatkan diri dengan melompat ke dalam sungai. Hanya saja, dari enam korban, dua orang di antaranya berhasil selamat, sedangkan empat lainnya tenggelam.
Dua orang yang selamat yakni, Sukar (55) warga Dusun Klaci, Desa Brodot, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang, dan Feriansyah (25) warga Dusun Sentanan, Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Nganjuk.
Sedangkan empat lainnya ditemukan tak bernyawa. Di antaranya, Surip (45) awal kapal. Kemudian, seorang remaja perempuan bernama Anista Sugandis (18) yang juga anak dari Sukar (55) korban selamat.
Kemudian Dadang, warga Dusun Sentanan, Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Nganjuk. Serta Lutvy Dwi Septina (23) warga Desa Pacarpeluk, Kecamatan Mengaluh, Kabupaten Jombang.