JOMBANG, KabarJombang.com – Kondisi tidak terawatnya tandon wastafel portabel di beberapa titik di Kabupaten Jombang, mendapat tanggapan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Sebelumnya, pihak Dinas PUPR Jombang menampik jika perawatan sarana cuci tangan tersebut merupakan wewenangnya.
Koordinator Lapangan (Koorkap) BPBD Jombang, Peppy membenarkan, pengelolaan dan perawatan wastafel portabel saat ini merupakan wewenang BPBD. Ini berdasarkan dengan berita acara yang telah disetujui Kepala BPBD Jombang dari PUPR tertanggal 27 Agustus 2020 lalu.
Peppy juga menolak jika BPBD tidak melakukan perawatan dan pengelolaan. Ia mengaku setiap hari sekitar pukul 06.00 WIB, timnya selalu mengisi air di tandon dan mengisi sabun. Aktivitas tersebut dilakoni timnya di sepanjang jalan leter T atau jalur tertib.
Hanya saja, tidak untuk wastafel Kebonrojo. Alasannya, kata dia, tidak ada akses untuk truk agar bisa mengisi air di tandon. Peppy juga mengaku sudah meminta pihak pengelola Taman Kebonrojo agar menggeser tandon ke luar atau ke samping, agar truk bisa masuk.
“Kan kalau kita isi menggunakan timba juga nggak mungkin. Karena kan biar mudah ngaksesnya. Tetapi teman-teman Kebonrojo nggak mau, karena jauh. Masyarakat kita itu kan pinginnya cepat,” papar Peppy, belum lama ini.
Di samping itu, menurutnya, pihak Kebonrojo juga memastikan akan mengisi air di tandon wastafel portable. “Untuk sabun, khusus di Kebonrojo, setiap dipasang pihaknya pagi, sorenya sudah hilang. Akhirnya saya ganti dengn botol minuman kemasan, pagi dipasang, sore hilang, lah kayak gitu masak salahku?,” ungkapnya.
Ia kembali menandaskan, khusus sabun di area Kebonrojo, sudah mengomunikasikan bahkan menyerahkan ke salah satu pengurus Kebonrojo. Dikatakannya, ada kesepakatan dengan pengurus Kebonrojo, jika sabun tersebut akan disimpannya saat pengurus pulang.
“Karena kalau tidak begitu, maka akan hilang terus, percuma. Meskipun dikasih seribu kali sehari, juga akan hilang. Akhirnya, kesepakatannya begitu dengan kawan-kawan Kebonrojo. Kan ada roling atau sif penjaga. Jadi siapa yang waktunya dinas pagi atau sore dipasang nanti ketika pulang, sabun diambil,” katanya.
Peppy mengaku, pengawasan paling sulit ada di Kebonrojo. Karena menurutnya, di situ tempat berkumpulnya bermacam-macam orang atau bocah.
Ia juga mengimbau agar masyarakat Jombang, selain menggunakan fasilitas umum, juga bisa merawat dan menjaga sarana cuci tangan tersebut, karena milik bersama.
“Kan nggak mungkin, satu titik itu dijaga Satpol PP atau anijing pelacak. Sehingga, jika kesadaran masyarakat tidak meningkat betul untuk menjaga barang milik negara itu ya nggak bisa,” ujarnya.
Dikatakannya, sebelum pengelolaan tandon wastafel menjadi wewenang BPBD, karena pihak Dinas PUPR tidak memiliki tangki air bersih dan personilnya terbatas, sehingga diserahkan ke BPBD untuk mengisi air.
Pihaknya juga membenarkan terkait pengadaan tandon wastafel portable sebanyak 25 unit, bukan 20 unit seperti yang disebut PUPR sebelumnya. “Kalau nanti ada yang kering atau bermasalah silakan komunikasikan dengan kami,” imbuhnya.
Sementara Sekretaris BPBD Jombang, Lumban Gaol mengatakan, fasilitas sabun cuci tangan khusus Kebonrojo saja yang dibatasi, karena kerap hilang. Sementara di titik lainnya tidak demikian.
“Benar, kesepakatan kita dengan salah satu pengurus Kebonrojo tersebut merupakan jalan tengahnya,” pungkasnya.
Baca Sebelumnya: Wastafel Portabel Tak Terawat, PUPR Jombang: ‘Bukan Lagi Wewenangnya’