Ringin Contong Jombang, Diperkirakan Sejak Masa Mpu Sendok

Ringin Contong Ikon Kota Jombang. (KabarJombang.com/Daniel Eko)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Ringin Contong yang merupakan ikon dari kota santri ini memiliki kisah sejarah tersendiri bagi Jombang.

Ringin Contong ternyata merupakan titik garis jalan yang panjang, mulai dari Jakarta hingga Surabaya.

Baca Juga

Seorang sejarahwan mengatakan, keberadaan jalan darat itu maupun laut sudah ada pada masa Mataram dan Majapahit, dan Ringin Contong inilah titik bertemunya musafir.

“Karena titik dari sebuah jalan penghubung. Maka para musafir jaman dahulu yang lelah, mencari tempat teduh dan tempat yang memiliki air, hingga berteduh di pohon beringin ini. Akhirnya tempat ini menjadi persinggahan orang orang dari barat ke timur dan sebaliknya,” ungkap Nasrullah Ilahi, Budayawan Jombang.

Pohon beringin yang kita ketahui saat ini, ternyata memiliki sumber air yang besar bahkan sampai meluber pada kala itu.  Pasalnya pohon beringin ini mampu menyimpan air yang banyak. Dengan melubernya air itu, warga memiliki inisiatif menembok sekeliling pohon agar air tidak meluap.

“Kalau diibaratkan kacang kan dicontong, sama halnya ini diberi tembok dengan maksud dicontong, supaya air tidak bisa keluar. Walaupun tembok yang mengelilinginya itu tidak bulat,” jelasnya.

Dengan adanya sumber air yang melimpah di tengah sebuah jalan. Seiring berkembangnya waktu, Ringin Contong menjadi tempat untuk berinteraksi serta transformasi ilmu, hingga menjadi tempat berjualan.

Cak Nas sapaan akrab Nasrullah Ilah mengatakan,  tranformasi ilmu terjadi pada orang yang memiliki ilmu lebih. Seperti orang dari kerajaan hingga tokoh masyarakat disalurkan pada masyarakat biasa.

“Ringin Contong ini perkiraan susah ada sejak jaman Mpu Sindok ada di Jombang pada tahun 929 dengan ibukota Tembelang atau Tamelang, kemudian pindah ke Watugaluh,” ceritanya.

Lebih lanjut Cak Nas menyelipkan cerita tentang Brawijaya V pada tahun 1478, dimana sempat berada di Ringin Contong dalam waktu yang lama.

Bahkan  Brawijaya V mendirikan padepokan atau perguruan kanugaran jaya kawijayan ilmu tinggi. Hingga pada suatu saat terjadi perang orang sakti Jombang dengan kisahnya yang kalap.

“Dari cerita perang dan terjadinya kekalahan itu, ada istilah yang menyebutkan “Yo ambang” salah satu kisah dari penyebutan nama Jombang, selain dari nama Ijo-abang dari kisah kebo kicak,” tambahnya.

Masih dalam cerita Ringin Contong, pasti masyarakat Jombang tak asing dengan keberadaan menara air yang besar tepat di area pohon beringin. Menara megah dengan kombinasi warna kuning itu diperkiran dibangun sejak keberadaan kolonial Belanda ada di Jombang.

“Saya rasa capturing (tandon air) ini dibangun saat jaman Belanda, pasalnya lebih modern, apalagi orang Belanda pandai dalam manajemen perairan,” katanya.

Cak Nas menyebut, pembuatan tandon air itu untuk mempermudah penyaluran air dan dapat  menjangkau keseluruhan wilayah Jombang. Selain itu pihaknya memprediksi bahwa kandungan air yang ada adalah air artesis.

“Kemungkinan air yang ada di Ringin Contong itu air artesis. Karena memiliki tekanan ketas sehingga mudah mengalir keatas, dan ini menjadi awal mula pergerakan PDAM Jombang,” imbuhnya.

Sayangnya pihaknya tidak mengetahui secara pasti, kapan menara air itu dibangun. Namun Cak Nas memperkirakan itu dibangun pada masa Afdeeling pada tahun 1881.

Sementara tinjauan KabarJombang.com di lokasi menemukan angka 1929 pada bangunan menara berwarna kuning itu. Hasil reasearch didapat tahun 1929 merupakan rampungnya pembangunan menara air tersebut sehingga tertulis pada bagian depan menara angka 1929.

 

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait