JOMBANG, (kabarjombang.com) – Ribuan ton beras impor dari Vietnam yang mulai masuk di Kabupaten Jombang, membuat petani ketar-ketir. Bagaimana tidak, impor beras ini dianggap bisa menggangu harga gabah dan beras yang ada di Kota Santri.
Pasalnya, harga beras dari Vietnam lebih murah ketimbang beras lokal. Ditambah, secara fisik, beras yang dikemas dalam ukuran 50 kilogram tersebut lebih menarik. Warna dan bentuk beras lebih bagus, putih dan tidak terlihat hancur.
Setiap harinya, sekitar empat truk gandeng berisi beras asal Vietnam terlihat masuk dan ditempatkan di beberapa gudang Bulog di Jombang, diantaranya gudang Bulog Dapurkejambon, Kecamatan Jombang.
Kondisi tersebut seperti diungkapkan Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Jombang, Medy Bambang Murtiyoso. Menurutnya, kebijakan tersebut tentu tidak berpihak ke petani. “Membuka kran impor beras, sama saja dengan menindas kaum petani. Nasib mereka jelas akan semakin terpuruk lantaran jatuhnya harga gabah milik petani,” beber Medy, Selasa (2/2/2016).
Medy menyatakan, seharusnya pemerintah mendorong pemberdayaan petani lokal melalui sejumlah kebijakan untuk peningkatan produktifitas pertanian dan peningkatan nilai tukar petani. “Bukan malah sebaliknya, yakni dengan memasukkan beras dari luar negeri,” ujarnya.
Di tingkat petani, lanjut Medy, harga gabah kering sawah saat ini Rp 3.300 per kilogram. Kondisi ini jauh dibawah ketentuan HPP (Harga Pokok Pembelian) sebesar Rp 3.750. “Yang lebih dibutuhkan petani adalah kebijakan pemberian intensif berupa kemudahan akses kredit lunak dan alokasi subsidi pupuk. Sehingga petani lebih berdaya,” ujar anggota Komisi A DPRD Jombang ini.
Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Gadingmangu, Kecamatan Perak, Muklas menilai, masuknya ribuan ton beras impor tersebut, menjadi ancaman jatuhnya harga gabah petani. Hal itu sudah terjadi di Kecamatan Perak, Jombang yang sedang panen padi. Harga gabah di tingkat petani jatuh hingga kisaran Rp 3.300 sampai Rp 3.600 per kilogram.
“Saat ini belum panen raya, namun harga padi sudah anjlok. Nah, kalau sudah masuk panen raya, bisa jadi harga turun di bawah Rp 3.000 per kilogram. Jatuhnya harga tersebut harus segera disikapi pemerintah melalui Satgas Bulog. Jangan sampai harganya dibawah HPP,” kata Muklas.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala Bulog Sub Divisi Regional II Surabaya Selatan (Jombang – Mojokerto), Nurman Susilo, membenarkan adanya beras Vietnam yang masuk ke wilayahnya. Dia juga mengaku, ribuan ton beras tersebut sudah disimpan di gudang Bulog Mojokerto dan Jombang.
Nurman merinci, Sub Divisi Regional (Divre) Surabaya Selatan kebagian jatah beras Vietnam sebesar 6 ribu ton. Selanjutnya, beras tersebut disimpan di gudang bulog Mojokerto sebanyak 3 ribu ton, sedangkan sisanya akan disimpan di gudang Bulog Jombang. “Untuk di Jombang, yang kita gunakan untuk menyimpan beras impor adalah gudang Bulog Dapurkejambon dan Sembung,” ujarnya.
Meski begitu, Nurman menandaskan, petani di Jombang tidak perlu khawatir dengan masuknya beras Vietnam tersebut. Pasalnya, beras impor itu tidak akan didistribusikan di Jombang. Beras Vietnam, lanjut Nurman, akan dikirim ke kawasan Indonesia timur.
“Dengan kata lain, beras impor itu sekedar transit di Jombang. Karena kapasitas gudang di kawasan Indonesia timur relatif kecil, maka untuk sementara waktu beras tersebut dititipkan di gudang kami. Kami berani menggaransi, beras impor tersebut tidak akan didistribusikan di Jombang,” papar Nurman. (ari)